Sabtu, 27 Juni 2015

MELAWAN KUTIL DI TENGAH ANTI TEMBAKAU


Beberapa hari yang lalu jari tangan sebelah kiri saya kutilan. Penyebabnya kalau bukan seharian saya  tes penerimaan calon tenaga kerja baru di sebuah Perusahaan media beberapa hari yang lalu. Maklumi aja, status saya masih pengangguran bercelana bahan. Lantas hubungan dengannya apa? loh wonk, jari-jari tangan saya ini bermandikan keringat saat mengerjakan soal-soalnya. Belum lagi sambil mikir keras, tangan gemeteran, tegang dan Mbak-yang mengawas itu, iya cantik banget.


Sumber gambar: www.vemale.com

Oleh: Rozi Hariansyah
Maksudnya  bukan itu. Pokoknya pasca hari itu tiba-tiba tangan saya mendadak kutilan. Jangan tanya rasanya seperti apa. Kutilnya kalau dilihat, persis seukuran biji kacang hijau. Tenang saja saya tidak akan posting fotonya disini, saya tidak suka selfie kok. Lagipula tahu tidak, dalam dua hari kutil saya ternyata  sembuh. Kok bisa? apakah saya memakan jari tangan saya sendiri? Saya khawatir tidak. Saya mencoba cara lebih ekstrim. PAKE PUNTUNG ROKOK.
Dibakar gitu? ya mendekati sih. Ceritanya abis buka puasa, hari itu juga (Saya buka puasa pas maghrib) Bapak saya lagi asyik duduk di teras rumah. Ngeretek gitu lah. Karena efek sakit kutil ini semakin keterlaluan, saya dengan putus asa meminta tolong Bapak untuk minta duit eh maksudnya minta mendekatkan ujung batang rokok kreteknya ke kutil biadab di jari tangan saya.
Ternyata sukses. Puntung rokoknya tiba-tiba jatuh tepat di sela-sela selangkangan saya. Masa depan saya terancam. Untung saja tidak terasa. Maksudnya hanya mengenai celana. Selama lima menit saya menahan panas dari bara puntung rokok tepat beberapa senti di depan kutil kampret ini.
Saya berteriak, meringis, kepikiran mantan nya teman, dan ternyata Bapak memang sengaja menginjak kaki saya supaya mengalihkan rasa panas yang ada.
Efeknya, beberapa hari kemudian persoalan kutil kelar. Tetapi persoalan puntung rokok tidak selesai begitu saja.

Selasa (24/06) dimana kutil saya tiba-tiba tumbuh, seorang aktifis anti rokok meninggal. Almarhum meninggal setelah bertahun-tahun melawan penyakit kanker laring-salah satu organ saluran pernapasan eksternal pada manusia. Almarhum dalam sisa hidupnya seringkali mengajak orang lain untuk meninggalkan konsumsi rokok. Sungguh niat yang baik.  Semoga kebaikan almarhum selama ini menjadi amalan dan diterima di sisi Tuhan.

Saya tundukkan kepala saya sebagai bentuk respeknya terhadap sesama untuk mengingatkan bahaya akan suatu hal, ROKOK. Saya simpati pada perjuangan almarhum melawan penyakitnya. Tetapi untuk perjuangan mengkampanyekan bahaya rokok? saya khawatir tidak.
Dalam pengakuannya (yang banyak dicatut sepotong-potong oleh media yang senang huru-hara dan dipelintir riang oleh gerombolan anti tembakau), almarhum sudah merokok sejak kelas enam sekolah dasar. Kegemarannya inilah, yang membuat penyakit kanker laring datang dan sudah mengambil nyawanya tersebut? Benarkah hal itu diakibatkan oleh kebiasaannya?

Jadi ingat, tepatnya setahun yang lalu. Di sebuah desa persis di kaki gunung daerah Garut, Jawa Barat, Kebetulan saya  melakukan observasi kebutuhan mencari data terkait skripsi yang sedang saya kerjakan (Suatu saat saya akan review mengenai pengalaman tersebut di waktu yang lain). Berdiskusi, bertanya dan tidak lupa berjalan-jalan mengikuti aktifitas sehari-hari penduduk sekitar. Penduduknya mayoritas bertani. Sebagian menjadi pedagang dan peternak domba dan sapi. Ada yang membuat saya heran. Bapak-Bapak petani itu gemar melinting tembakau sendiri, menghisapnya- sejak puluhan tahun yang lalu. Tanaman yang ditanamnya sendiri. Dari segi usia. Para petani itu masih kuat.
Ah, mencangkul lahan di atas bukit yang curam dan terjal selama puluhan tahun saja masih semangat, apalagi hanya menghisap lintingan tembakau. Dari sini saya akhirnya menyimpulkan, tidak semua penyakit itu berasal dari aktifitas menghisap tembakau. Buktinya dari para petani itu. 

Lazimnya suasana desa yang berbeda dengan kota, keakraban penduduknya juga berbeda. Pun dengan udara yang dihirup. Udara di desa masih bersih dari polusi. Kalau di kota yang pembangunannya berjalan gila-gilaan dimana kendaraan bermotor tiap tahun meningkat jumlahnya, mau tidak mau jalan-jalan raya baru mesti dibangun juga. Bisa dibayangkan dari dua contoh tadi saja, polusi asap sudah mengudara dimana-mana. Apakah asap dari tembakau, khususnya rokok  lebih membahayakan dibanding jenis-jenis asap lainnya? Apalagi dijadikan satu-satunya kambing hitam penyebab polusi udara.  Kalau udara sekitarmu sehat, kamunya berpikiran sehat (saya jadi ingat senyuman Bapak petani itu), kamu tinggal berpikiran positif aja.


(Sumber gambar: Difoto teman )

Sekarang bisa dibayangkan, kalau senyuman Bapak petani itu perlahan-lahan memudar. Perampasan tanah milik petani memang lagi massif atas nama pembangunan yang memihak pemodal. Konflik terjadi dimana-mana. Bisa dibayangkan  kalau  ada aturan yang menghancurkan kehidupan petani, khususnya petani tembakau lalu bagaimana? saya tidak bilang itu aturan apa. Semoga saja, Framming Convention on Tobacco control atau biasa FCTC itu, selamanya tidak di RATIFIKASI di Indonesia, Eh smile emotikon .
Saya tahu, Gerombolan anti tembakau -cum yang juga anti terhadap ekonomi dan budayanya sendiri lebih sepakat aturan pembatasan zat dan bahan yang mengandung tembakau segera ditetapkan secepatnya. Saya menghargai kalian yang anti terhadap rokok atas nama kesehatan. Tapi ingat, terkait persoalan rokok, kita tidak hanya bicara tentang kesehatan. 6,6 juta lebih rakyat Indonesia hidupnya bergantung dengan tembakau. Buat yang hobi gerombolan nan keroyokan ini, coba saja pikirkan sendiri, siapa saja 6,6 juta rakyat Indonesia itu.
 Silahkan ikuti cara saya memberantas  kutil ini. Murah dan sederhana tentunya. Tapi jangan ikuti cara mereka-mereka yang senang menakut-nakuti orang lain. Bisa-bisa nanti disuruh minum obat penghilang panu lagi, hehehe.

Setelah kutil ini pergi, lalu apalagi yang nanti dilakukan gerombolan anti tembakau? :)