Senin, 20 Juni 2016

ROMEO DAN OPERASI PEMBEBASAN MANTAN


Kalau kamu sekarang merasa jadi orang yang paling tidak beruntung dalam menjalani kisah cinta di dunia yang fana ini, lebih baik kamu membaca ulang sebuah cerita karangan terkenal oleh seorang penulis sandiwara dan aktor berkebangsaan Inggris yang sangat populer, William Shakespeare (1564-1616). Sudah ketebak, pasti yang akan dibicarakan adalah sebuah kisah cinta dari karya “Tragedi Romeo dan Julia (Juliet)”. Apa sih isinya? klimaks dalam cerita  tersebut adalah Romeo yang mati meminum racun dan Juliet yang menusuk dirinya sendiri dengan pisau belati. Jadi cerita nya Romeo kaget setengah mati melihat si Juliet yang tergeletak tak berdaya dan dikira sudah modar (padahal cuma kecapekan habis mencuci baju). Merasa kehilangan harapan hidup karena dikira Juliet sudah tiada, akhirnya Romeo pun memutuskan untuk meminum racun obat panu yang baru dipakai oleh Juliet. Eh, Juliet nya ternyata malah bangun dan kaget melihat Romeo yang keburu tepar.

“Romeo kamu kenapa minum obat panu? itu kan obat oles?”, teriak Juliet sambil menunjukkan banyak panu di paha sebelah kiri nya.

Juliet pun merasa kehidupan di depannya sudah tidak memiliki arti lagi, saat itu juga Juliet yang melihat ada pisau belati yang masih tergenggam di tangan Romeo, (kebetulan sebelum ke rumah nya Juliet, Romeo habis dimintai bantuan oleh tetangga nya menyembelih ayam) langsung menusuk pisau tersebut ke tubuhnya sendiri.

Jadi mereka bunuh diri hanya karena salah paham? maaf Om Shakespeare, cerita karanganmu saya karang lagi untuk menghibur mereka yang masih merasa ngenes hanya karena belum punya pacar, atau baru putus?

Shakespeare mungkin tidak menyangka bahwa Romeo yang lebih kuat dari Romeo idiot sebelumnya, akan lahir beratus-ratus tahun kemudian. 

Oleh: Rozi. H
Orang itu adalah pria yang kini sedang duduk sendirian sambil bengong menunggui sesuatu. Namanya Romeo juga. Romeo yang satu ini memang tidak sedang bersama Julia untuk duduk bareng. Mau Julia, Juliet, Juminten, bahkan Jupri sekalipun, Romeo tetap kelihatan tegar. Meskipun kini sedang merasa gelisah. Bukan karena sedang jomblo, tapi lagi-lagi menunggu seseorang. Eh dua orang deh. Dua orang penjahat yang hobi ngecengin orang. Romeo yang satu ini harus segera bersiap. Menunggu dua orang gila hanya beberapa jam sama seperti menunggu jawaban MANTAN pacarnya yang dulu,-sebut saja Juliet. Romeo kabarnya masih berharap bisa balikan dengan Juliet. Namun, bagi Romeo balikan atau tidak balikan, kehidupan akan tetap terus berjalan.

                                                               (Sumber: kaskus)


Kehidupan yang akan tetap terus berjalan? yang akan terus berjalan, apaan…

Aku dan Pepe benar-benar tidak bisa jalan ini karena terjebak kemacetan di jalan raya menuju sebuah Mal di kota Depok. Detik-detik waktu ingin berbuka puasa seperti sekarang rasanya seperti berada di Neraka. Pengendara mobil maupun pengendara sepeda motor tidak mau kalah untuk menguasai jalan. Sialnya Aku dan Pepe malah terjebak di tengah jalan seperti ini. Rencana mau ketemu Romeo, malah terhambat begini jadinya.

“Ojin, lau dimana? gw udah lumutan ini.” Sebuah pesan singkat dari Romeo yang baru saja aku baca dari WhatsApp.

Aku langsung buru-buru memberitahu Pepe untuk mengendarai  sepeda motor ini agar lebih cepat. Tapi dugaanku salah. Pepe ternyata memelankan sepeda motor. Semakin kurang ajar ketika Pepe malah berhenti sebentar di depan warung. Mau beli rokok dulu katanya.

“Gak puasa lu”? tanya ku penuh heran.

“puasa kok gw…, tapi mulai besok” jawab Pepe kalem.

Setelah melewati berbagai marabahaya akibat Pepe mengendarai sepeda motor nya dengan seenak jidat, aku yang sedang diboncengi hanya meringis saja dibuatnya. Bagaimana tidak, lagi naik motor, Pepe malah berani-berani nya dengan asyik menggaruk kaki hanya dengan satu tangan. Satu tangannya lagi sibuk ngutak-ngatik mainin handphone. Lalu siapa yang megang kendali stang motor? Kalau begitu kita mampus.

Ajaibnya kita berdua tetap saja bisa sampai dengan selamat di depan parkiran Mal yang ingin di tuju. Sepanjang perjalanan tadi, aku hanya bisa memejamkan mata. Begitu mata ku terbuka. Sial, ternyata Pepe salah masuk parkiran. Dia malah mencoba masuk ke halaman parkiran khusus mobil. Dengan tampang cengengesan, Pepe mohon ijin memutar balik melawan arah untuk masuk ke halaman parkir khusus motor. Satpam Mal tersebut sukses dibuat geleng-geleng kepalanya.

Akhirnya kita berdua memarkirkan sepeda motor di tempat yang benar. Dengan tergesa-gesa, Aku dan Pepe langsung masuk ke dalam Mal tersebut. Kita berdua memang sudah janjian dengan Romeo di tempat ini. Sampai di sebuah restoran sederhana, kita berdua bisa melihat Romeo malah lagi asyik makan bakmie goreng. Ternyata memang sudah waktu nya berbuka puasa. Saat itu juga dengan tampang musafir yang cengengesan, aku dan Pepe memohon dengan sangat untuk ditraktir makan Bakmie goreng juga oleh Romeo.

***


“Jadi tujuan lau berdua ke sini cuma pengen  makan gratis?” tanya Romeo sambil tertawa sinis.

“Yah enggak dong Abang Romeo, gw kan pengen bimbingan skripsi” jawab Pepe masih dengan tampang kalem.

“Iya abang Romeo, saya kan cuma mau silahturahmi dengan abang Romeo.” tambah saya sambil mengunyah bakmie goreng.

Romeo cuma bisa gigit kuku.

Sebenarnya hari ini aku dan Romeo memang sudah janjian di tempat ini. Romeo memang hanya ingin temu kangen dengan kita berdua. Aku dan Pepe pun demikian, memiliki rencana mengajak Romeo untuk pulang kampus. Maklum, Romeo ini MANTAN senior kita dulu di kampus. Aku jadi ingat pertama kali masuk kuliah di pertengahan tahun 2010. Aku yang baru masuk kampus di hari pertama kuliah tiba-tiba digiring sama abang-abangan berambut gondrong, di jari tangannya terjepit rokok kretek dan bawa-bawa gelas kopi. Kita waktu itu dikumpulin di satu ruangan kelas, ditanya oleh Romeo mengenai  nama lengkap, hobi, asal sekolah, tujuan ambil jurusan kuliah dan tokoh idola. Tapi aku sangat berkesan dengan Romeo. Muke doang sangar, hati tetap agar-agar. Lembut.

Sama seperti sekarang. aku dan Pepe masih melihat Romeo seperti yang dulu. Kita berdua yang paling sering dibimbing untuk menjalankan organisasi mahasiswa yang baik dan benar. Maklum dari dulu hanya kelakuan kita berdua yang paling minor. Jadi inget waktu ditugaskan bagiin selebaran di kampus tetangga. Kalau tidak salah di tahun 2011, kita bertiga dengan muka tebel bagi-bagiin selebaran berisi profil mengenai organisasi kita dulu, tapi bagiin selebaran nya di kampus tetangga. Aku dan Pepe pernah ketahuan menyamar di kampus tersebut. Lho wong, selebarannya atas nama kampus IISIP, tetapi kita bagiinnya ke mahasiswa baru kampus UI, aku dan Pepe ternyata salah bawa selebaran.

Kejadian semena-mena tersebut cuma buat Romeo tersenyum kecut. Meskipun kecut, tapi Romeo tetap bisa tersenyum di hari itu. Memang bukan kampus tetangga juga sih kita bertiga berada. Lebih tepatnya kampus pacarnya Romeo. (Romeo pernah pacaran di tahun 2011) aku dan Pepe keseringan bengong saat mau bagiin selebaran. Kok bisa yah Romeo-yang muke nya mirip matakuliah Politik pinggir kali, bisa punya pacar. Cantik pula.

Nah kisah pacarannya Romeo ini yang bikin geger dulu di kampus. Teman-teman satu angkatan Romeo dulu sering ngecengin dia. Pernah Romeo bawa pacarnya ini ke kampus, lalu diajak datang ke sebuah forum diskusi mingguan. Romeo jadi pusat perhatian dalam forum tersebut. Eh bukan deh, tapi pacarnya. Di situ, Romeo cuma cengar-cengir aja. Merasa jadi cowok paling ganteng deh pokoknya.

Kemana pun mereka berada, mereka selalu berdua (sebenarnya sih ber-empat kalau aku dan Pepe lagi iseng memantau dari belakang). Aku sering melihat juga, memang benar mereka seperti sulit dipisahkan.  Lagi demo, lagi ngerjain tugas kuliah, lagi nyari buku di perpustakaan dan lain sebagainya yang bikin aku cuma geleng-geleng kaki.

Tapi siapa sangka, tiga tahun lamanya Romeo seolah terlihat bahagia, ternyata enggak juga. Sudah ketebak, aku yang sering mengintip Romeo yang hobi bikin status facebook setiap hari ternyata membuat sebuah berita yang tidak disangka “Romeo sudah putus sama pacar nya”. Romeo sempat galau berbulan-bulan. Bahkan inisiasi gerakan #menolaklupaMANTAN #saveMANTAN yang dulu sempat menjadi viral di media sosial, awalnya dari kisah percintaan Romeo!

***

                                                                  ( MANTAN senior)
                                                               
Aku mencoba mengingat kesan pertama kali bertemu dengannya. Selain kisah pilu melahirkaan gerakan hastag tadi.  Romeo juga tidak berubah. Masih dengan gaya nya yang santai. Celana sobek dibagian dengkul dan sandal jepit favoritnya. Apa jangan-jangan sandal itu gak diganti-ganti sejak masuk kuliah dulu?

Romeo memulai percakapan. Dia lebih banyak bertanya mengenai kabar MANTAN kampus kita yang sekarang. Aku jawab sekilas. Bahwa aku kurang lebih tidak tahu. Hehehe. Untung saja saat itu juga Romeo tidak langsung menyundut tanganku dengan puntung rokok. Aku kan juga sudah lulus kuliah dua tahun sesudahnya. Tetapi Pepe-yang memang belum lulus-lulus kuliah, kali ini menyelamatkanku dengan menjawab sekilas mengenai kabar MANTAN kampus kami bertiga, jawaban Pepe polos : Udah beda Rom!

“Berbeda maksudnya”? tanya Romeo singkat.

“Sekarang organisasi kita yang dahulu semakin solid dan kolektif, aktifitas rutin semakin berjalan.

 Ada diskusi rutin, demo rutin bahkan mabuk rutin, hehehe “ jawab Pepe dengan gaya bahasa yang satir.

Romeo lagi-lagi tersenyum kecut. Itu memang gaya nya. Aku sudah membaca bahasa tubuhnya. Romeo hanya menganggukan kepala sesekali sambil menundukan mata. Pertanda ada rasa kecewa.

“Baiklah kapan ada diskusi mingguan lagi di MANTAN organisasi yang saya pernah bangun bersama kalian”? tanya Romeo dengan tegas.

Aku pun melihat secercah harapan muncul. Kebetulan aku juga mau menawarkan Romeo untuk pulang kampus. Romeo mungkin merasa bersalah. Dia seharusnya tidak meninggalkan kita hanya karena putus dari pacarnya.

Aku memberi tahu jadwal kapan akan diadakan diskusi rutin mingguan. Sebelumnya aku juga sudah bertanya pada teman yang sekarang menjadi kordinator diskusi di kampus. Romeo terlihat oke-oke saja aku tawarkan untuk menjadi pembicara di MANTAN organisasi sekaligus MANTAN kampus nya.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Aku dan Pepe merasa puas sudah banyak mengobrol dan bertemu Romeo untuk pertama kalinya sejak tiga tahun yang lalu. Kami bertiga hanya diskusi ngalor-ngidul kebanyakan bercanda. Romeo meledek aku terus. Kebetulan bahan bercandaannya mengenai aku yang sampai sekarang belum punya pacar.

Dia bilang,“seseorang yang berprofesi Marketing, tapi kok masih jomblo? Bukankah orang Marketing jago ngegombalin orang yah?”, “benar-benar jomblo sejak dalam pikiran!” tambah Romeo sadis.

Aku hanya mesem. Kami bertiga bersiap untuk pulang dan berjanji untuk ketemu lagi di acara diskusi nanti.

***

Seminggu kemudian, Romeo yang MANTAN senior itu akhirnya menepati janji. Dia benar-benar datang untuk kembali ke MANTAN kampus sekaligus MANTAN organisasi nya. Meski hanya sekedar  menjadi pembicara di acara diskusi. Romeo yang satu ini memang bukan Romeo karangannya Shakespeare.


Operasi Pembebasan Mantan, kali ini benar-benar sukses.


Jumat, 10 Juni 2016

Balada Kritik: Kisah Mahasiswa Ingin Lulus Kuliah

Semoga saja ini bukan hari yang buruk.

Sebab hari ini namaku tidak tercantum di papan pengumuman sidang skripsi. Padahal tidak mudah untuk berebut tempat dengan orang lain, hanya untuk melihat papan pengumuman siapa saja yang boleh ikut sidang skripsi. Memang setelah saling menghimpit dan saling dorong, akhirnya aku bisa mencapai posisi paling depan. Susah memang kalau kampus operasionalnya masih secara manual. Setelah menyadari nama-ku ternyata tidak ada di papan, dunia ini terasa mau runtuh. Aku harus berkata apa? jadi ingat lagunya Armada,

“Biarlah orang berkata apa, ahahaa.. hoho.. manusia tiada yang sempurna.”


www.returnfalsewordpress.com

Oleh: Rozi H.

”Bisa-bisa  aku malah diketawain sama kawan-kawan ku yang sudah lulus beberapa tahun yang lalu.”
Iya diketawain. Sebenarnya aku sudah menginjak semester empat belas. Kalau dihitung, kira-kira sudah tujuh tahun aku sudah kuliah. Aku hanya berharap semoga tidak menjadi mahasiswa abadi, wong aku juga jomblo sampai hari ini, kurang mengenaskan apa coba?

Aku sebenarnya tidak masalah sering diejek sama kawan-kawan semasa kuliah. Yah aku mengakui saja, semasa kuliah, aku kelihatannya paling malas. Aku sering telat masuk kuliah, tidak lupa sering titip absen juga. Kalaupun aku sedang berada di kelas, bawaannya pengen tidur saja.

Kebetulan tradisi kuliah di kampus ku juga monoton banget. Tidak sampai dua jam, malah kita sudah selesai kuliahnya. Kadang aku suka tidak mendengar namaku saat dipanggil. Kan aku sering tidur juga pas kuliah. Saat aku sadar, kawan-kawan ku sering melihat aku ketiduran, sontak aku jadi bahan tertawaan satu kelas, malu banget memang. Jadi aku kelihatan wajar sering diejek kawan.

Tapi tunggu dulu, aku tidak bisa dihakimi soal menjadi pemalas satu-satunya di dalam kelas. Memangnya mereka yang menertawaiku bisa lebih baik dariku? Aku kira tidak. Sebagian dari mereka juga menganggap kuliah ini tidak penting kok. Manggut-manggut sok ngerti kalau dosen lagi berbusa-busa ngomong. Ada juga yang cari muka sama dosen, merasa sok paling pandai di kelas, kelihatan jago bicara kalau lagi ada debat. Tapi tetep aja pelit dimintain bantuan mengerjakan makalah kuliah. Lalu sisanya ada yang seperti apa? yah sama, kalau tidak hobi main gejet atau sibuk ngaca di kelas, mungkin nyoret-nyoret catatan kuliah supaya ada isinya saja.

Sebenarnya kita yang rugi bila tidak serius kuliah. Bayar mahal-mahal, ujung-ujungnya ada saja mata-kuliah yang mati. Alasannya bisa saja karena ada kesibukan di luar. Masuk akal tidak sih? kalau misalnya ada empat belas pertemuan, nama mu bisa tercantum lebih dari setengahnya atau paling greget berjumlah tiga belas.

Cuma masuk satu pertemuan doang? Yah itulah aku.

(Foto 2)

Kelihatannya di jaman sekarang, mahasiswa memang harus cepat lulus. Tapi setelah itu mau ngapain? mencari kerja? banyak kawan ku yang lulus seperti mahasiswa normal, kesulitan nyari pekerjaan di luar. Lho mereka juga kayaknya tidak disiapkan untuk terampil. Apalagi kampus saya mayoritas lebih ke jurusan ilmu sosial. Masih mending ada pelatihan semacam penelitian gitu.
Lagi-lagi yah itu tadi, kalau di kelas kita seringnya dengerin dosen melulu sampai lumutan. Tapi setidaknya, apapun bentuk kesulitannya, tapi mereka kan sudah lulus?

Bagaimana dengan ku yang tidak lulus-lulus? Duh.

Padahal aku jadi ingat waktu pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini. Kuliah minggu pertama sambil dikerjain senior. Semacam kegiatan ospek sih sebenarnya. Belum lagi ada senior yang marah-marah kayak balas dendam, merasa tidak terima kalau kita yang masih mahasiswa baru sudah berani melawan mereka. Jadi jangan heran tradisi kampus tiap tahun begini melulu, ada senioritas tidak jelas.

Sejujurnya aku beruntung setelah melewati ospek yang seperti neraka itu, kurang lebih seminggu. Aku banyak bertemu kawan-kawan baru. Meskipun mereka meninggalkan ku lebih cepat setelah beberapa semester sesudahnya, tapi aku bangga bisa berteman dengan mereka. Kebanggaan ku itu adalah, aku pernah diajak berdiskusi rutin, semacam kegiatan di luar kelas saat kuliah. Pernah diajak demonstrasi juga. Eh ujung-ujungnya aku direkrut buat masuk organisasi mahasiswa. Itu yang buat aku bangga, aku yang payah begini masih aja dicari-cari buat direkrut jadi anggota organisasi mahasiswa.

                                                                      (Foto 3, diskusi)

Nah, sebenarnya karena kesibukan aku di organisasi mahasiswa ini lah yang membuat aku tidak fokus untuk menyelesaikan kuliahku. Tenang saja ini cuma satu dari sekian alasan bila ada yang menanyakan padaku kenapa aku tidak lulus-lulus kok. Ada banyak alasan yang buat aku tidak cepat lulus, salah satunya penasaran mengapa sampai hari ini aku belum punya pacar, mungkin saja.

Soal pacaran memang kadang bikin keki buat mahasiswa bangkotan seperti aku ini. Ada cerita pernah aku naksir sama adik kelas. Dia beda empat semester denganku. Sejak awal dia masuk kuliah, aku sering pastinya mendekati dia dengan seribu cara. Meminjami dia buku, meskipun bukunya saya peroleh dari hasil minjam dari teman juga. Tidak lupa berdiskusi dengan dia soal matakuliah apa saja yang sulit? ngobrolnya di warung kopi biar bisa berduaan. Selalu mengajak dia untuk pulang bareng, dia sesekali tidak menolak ajakan ku itu.

Namun siapa sangka, setelah rutinitas pendekatan yang aku lakukan ke dia selama ini, eh dia malah lulus duluan dibanding aku. Yang bikin lebih keki lagi, dia malah jadian sama kawanku yang lulusnya bareng dia.

Sudahlah mari aku akhiri saja cerita ini.

Kembali ke awal. Aku pun melangkah menjauhI gerombolan orang yang masih berebut melihat nama di papan pengumuman sidang skripsi. Mereka masih saling dorong kayak anak kecil rebutan balon gratis. Aku hanya tersenyum kecut.

Aku cuma ingin bilang: Sebenarnya aku belum bayaran sidang skripsi, hehehe. Ini adalah semester terakhirku tentunya. Sebab aku sudah menyelesaikan semua kelengkapan persiapan sidang skripsi, kecuali- yah bayar uang sidang skripsi itu. Paling namaku sengaja diumpetin, biar aku buru-buru menghadap bagian keuangan. Makanya namaku tidak tercantum di papan pengumuman sidang skripsi. Hehehe.


 Aku ini memang payah yah, soal mau lulus saja, aku buat santai. Setidaknya karena aku payah, kamu bisa tahu bahwa aku tidak sendirian selama menjadi mahasiswa payah.*



*Tulisan ini pernah dipublikasi di situs bilanglantangwordpress.com, ditulis ulang dengan perubahan judul dan sedikit gaya tulisan.