Minggu, 31 Januari 2016

FILOSOFI, KOK NGOPI? SEBUAH ANTOLOGI PUISI



Ku terbangun  di pagi hari

Menjemput revolusi menyudahi mimpi

Ku tak mau sendiri lagi

Langsung saja ku buat kopi

Bebas, lepas, dan resapi

Tak lupa mata menengok ke kiri



Ah, sungguh aku lupa diri

Mungkin juga tak enak hati

Satu gelas kopi dan menyendiri

Berdaulat, babarengan kabar-kabari

Kini ku tak sendiri lagi

Bersama, kami kuat menyatukan hati


Seiring berjalannya hari

Aku pun  menyadari

Secarik puisi kini,

Saatnya ku buka lagi

Ku teriakki…

Ku maki-maki…

Ini bukan mimpi..

Dan bukan cipika-cipiki

Aku berpuisi

Filosofi kopi ini

Akan terus  berbunyi




Tak terasa senja telah ku temui

Pilu hati melihat kopi ini

Habis karena teman sendiri

Namun,  gelas-gelas yang  tak terisi ini

Cepatlah kau tuangkan kopi

Agar kita bisa berpuisi lagi

Diskusi,ataupun basa-basi

Sampai malam ketemu pagi

Tetaplah menjadi teman sehati*




















*Rozi Hariansyah 31/01/2016

Selasa, 26 Januari 2016

JANGAN PANGGIL AKU GAY



Persoalan LGBT? Ah tulisan ini saya coba untuk repost lagi. Sebelumnya tulisan ini saya buat di tahun 2012 sebagai inisiatif lanjutan tulisan yang ditulis oleh kawan saya sendiri, nama nya Andi Tama mengenai kajian “transgender”, dengan dua judul tulisannya yang berjudul “Waria” dan “transgender dua”. Kalau mau lihat tulisan Andi Tama, silahkan berteman dulu dengan akun facebooknya.

Entah menjadi saran ataupun kritik yang membangun, untuk lanjutan tulisan kawan Andi dari pengalaman orang yang memilih jalan hidupnya “sama” namun dari perspektif yang berbeda.

Hasil tulisan ini merupakan dialog singkat empat tahun yang lalu dengan kawan lama bernama Ucil alias Yasin. Dia seorang pria yang mengakui “penyuka sesama jenis”.

Seperti biasa, daripada berlama-lama nasi-basi nya, sebaiknya mari kita baca.



                                                               (Sumber: www. Suarakita.org)

Oleh: Rozi Hariansyah

Minggu pagi tepatnya 4 maret 2012 di daerah Bekasi, seperti biasa ada beberapa lubang di jalan raya yang belum diperbaiki, namun mobil pejabat terpilih selalu minta diganti keluaran terkini. Pada saat itu aku melamun sejenak di kursi yang memang disiapkan berbaris rapih dibawah tenda untuk para tamu undangan yang hadir nantinya.

“Hei, apa kabar Ji? Udah gede aja loh..”

Sontak aku terkejut, Dia lah Yasin, orang yang ingin kita bicarakan dalam tulisan ini, meski saya tahu, dosa hukumnya membicarakan orang lain.

 ‘Hei Ji, udah tujuh tahun gak kesini, terakhir w liat, masih kecil ,sekarang udah gede, mana jelek lagi.’ Lanjut Yasin.

Saya hanya membalas senyuman kecut nan siap melakukan pembalasan atas ledekannya itu. Yasin, yang saya kenal tidak berubah:  berwajah sangar dan senyumannya mirip “Udin Sedunia” pada waktu itu. Saya pun menyapa Yasin.

‘Sin, apa kabar ? ah masih kayak dulu lau Sin, muka coklat, hati stroberi, hehehe’.

Yasin pun membalas,

 ‘Ji, sekarang kuliah atau kerja? kuliah yah ? banyak dong teman-teman cowoknya?’

Saya pun kaget, namun saya paham, ingatanku kembali ke tujuh tahun yang lalu.

Saat itu, Yasin bersama teman-temannya yang lebih mirip berandalan terlihat cool seperti anak-anak muda yang hobinya gangguin orang lewat. Tak peduli laki-laki ataupun perempuan, Yasin, yang biasa dipanggil Ucil , mantan tukang sate kikil dan ucus seratus-dua ratus rupiah yang sering diserbu anak-anak kecil termasuk saya waktu itu, dan sekedar jajan pada zaman itu….

IDENTITASKU YANG SUNYI

Basa-basi saya hentikan. Kini dengan obrolan santai kami berbincang ringan. Saya ketahui Yasin masih dengan rajinnya membantu warga sekitar di daerah sini, ataupun membantu saudaraku bila ada kegiatan atau acara. Entah memasak, mencuci piring, ataupun hal yang biasa dilakukan. Membantu tetangga mengecat pagar, membantu mencukur rambut di salon, tempat tongkrongannya bersama kawan-kawannya waktu itu.

‘Zi, kamu punya banyak temen cowok kan? Kenalin dong?’.tanya Yasin.

‘Yah Sin, saya punya nya temen cewek semua. Nih ada nomor handphone nya, mau ga ?‘  (dengan nada bercanda tentunya)

‘Yah, zi, saya kan mau nya ama cowok. Oh iya zi, kamu jurusan apa kuliahnya? kata mama, ilmu politik yah? Ih, zi, jangan jadi yang kayak di tv itu, si Anas atau siapa lagi tuh Angelina sendok eh sondak yang korupsi.’ Lanjut Yasin lagi.

Yasin  masih peka terhadap situasi pemberitaan media mengenai dunia politik di tahun itu, walaupun sekedar pengalihan isu dari isu utama (kemiskinan dan kesejahteraan) ataupun pencitraan.
Mungkin menurut hemat saya, sudah tentu isu-isu politik yang menuju pembusukan menjadi pemberitaan menarik di mata Yasin. Ada dua hal yang saya tangkap disini :

1. Yasin selalu berusaha tahu berita ter-update
2. Kepekaan sosial seorang Yasin- orang biasa, mau diajak berbicara politik selanjutnya (politik untuk perjuangan bkan kekuasaan)

Selanjutnya, obrolan kami terasa mengalir. Dimulai dari lingkungan sosial. Buat orang kebanyakan,sepertinya hidup adalah pilihan.
Tapi pilihan bukan persoalan yang harus dirayakan berlebihan menurut Yasin. Dia ternyata mengetahui banyak persoalan kaum buruh bekasi, anak jalanan daerah blok m yang mayoritas kawan-kawan sama sepertinya. Yasin bersimpati manakala waktu itu terjadi kasus-kasus pembantaian petani di Mesuji, Bima, dsb.Malah Yasin sangat antusias mendengar cerita tentang buruh migran yang dihukum mati raja arab Saudi di tahun 2012.

Semua orang tahu kondisi sebenarnya Yasin, sifat dia, pilihan hidup dia, namun Yasin membuktikan dirinya masih bisa diterima di lingkungannya, dengan selalu "ikut berpatisipasi aktif setiap kegiatan di sekitar perumahan ini.

SOLIDARITAS SOSIAL, KONTRIBUSI IDENTITAS

Yasin sangat senang saya ajak berbicara mengenai masalah sosial politik. Bukan maksud  meng-agitasinya waktu itu. Dia yang justru membutuhkan obrolan dan pengetahuan saya yang mungkin sedikit.

Saya kembali mengalir bercerita tentang realitas sosial dan yang paling utama kebutuhan sosial nya bukan kebutuhan identitasnya.

Sin, bagimana, sudah mendapat pekerjaan tetap? Saya memulai obrolan kembali.

‘Ah ji, aku cuma lulusan Sd, Smp saja gak lulus. Pendidikan mahal zi, kita kayak dimiskinkan. Kenapa yah yang ga bisa sekolah pasti orang yang miskin ? orang yang sudah punya kerja kadang hidup masih susah, gimana saya zi. Buat saya zi, yang penting bisa makan hari ini, mau kerja apa aja deh, asal jangan jadi LENJE , manja, pemalas, selalu menggerutu, apapun bisa kita lakukan zi. Contohnya, aku dahulu jualan sate, dituduh pake daging tikus, aku gak nyerah, berhenti cari usaha lagi, aku sadar zi, aku hidup sendirian bukan berarti menyendiri, kemarin aku baru saja nolongin banci yang dikejar-kejar orang. Mau dirazia kali, mereka kan pengen cari kerja halal kan yah. Kita jangan jauh-jauh ngomong banci, siapapun yang jadi pengecut bisa jadi banci. Yah gitu zi, banyak yang normal pengen jadi banci, dan yang banci seperti saya, berusaha normal-normal saja. Jadi tak perlu lagi dipertanyakan.’ Jawab Yasin.

Saya pun hanya terdiam mendengar ucapan bijaknya.

‘zi, walau kondisi saya seperti ini, tetap zi, kita manusia, ga bisa hidup sendiri-sendiri, saya paham zi, saya dan kawan2 yang sama  menjadi begini gak muncul dengan tiba-tiba. Ada yang dulunya maniak sama perempuan, jadi banci karena gak direstui oleh orang tuanya, ketika telah menemukan pasangan yang cocok. Ada juga yang sejak kecil dipukuli secara kasar oleh ibu nya, hingga beranggapan semua perempuan jahat. Atau ada juga temenku zi, jadi seperti saya karena keluarganya broken home, atau didikan orang tua dan lingkungannya yang melabelling secara paksa dia dididik jadi perempuan. Padahal ia sama kayak kamu kencingnya berdiri.. hehehe’  ucap Yasin dengan mata berkaca-kaca.

Saya sepakat dengan ucapan Yasin tentang hubungan manusia dengan lingkungan sosial, yang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Bahkan seorang Yasin mengakui, mau laki atau perempuan kita sama, bukan kodrat yang memisahkan dan menjadi alasan membatasi hak kita. Tetapi usaha kita memahami realitas sosial yang senantiasa berubah ini.

Akhirnya, Yasin pun tersenyum sekilas dan berjalan menuju sebuah organ tunggal untuk menghibur tamu-tamu yang sudah mulai berdatangan. Dengan cekatan diambilnya microphone, dan Yasin mulai bernyanyi.

 Yasin, kau benar, kita tak perlu mempertanyakan siapa kita, karena yang orang tahu adalah usaha dan apa yang kita lakukan detik ini, bukan identitas kita.

Lalu setelah kegaduhan soal LGBT kembali terjadi, saya mencoba membaca tulisan saya sendiri di tahun 2012 mengenai Yasin. Tidak lupa saya pun menengok akun facebook nya.

Yasin telah berubah. Mungkin dia tidak lagi seorang pria yang mengakui “penyuka sesama jenis”.*


                                                        (Dari akun facebook Yasin)


*Tulisan ini diedit ulang dari tulisan yang pernah penulis buat di tahun 2012.

Minggu, 24 Januari 2016

TINGKAHMU SEPERTI SAMBALADO


Yang pasti ini bukan judul sebuah lagu. Ini cuma kisah singkat teman-teman saya sendiri.Jadi semacam gabungan dari hobi teman-teman saya sendiri. Tenang saja, ini tidak ber-series- kok. Saya tidak mungkin kan buat judul cerita nya “Selangkangan sebelah kanan kepanasan”, lalu seminggu kemudian posting lagi lanjutan cerita nya dengan judul “Selangkangan sebelah kiri kepanasan”. Tidak lucu saja kalau klimaks cerita nya “Selangkangan tengah pun ikut kepanasan”.

Oke, tidak perlu berlama-lama, nikmati kisah singkat cerita ini, semoga kita dapat hikmah nya. (Nama orang sengaja disamarkan)

Oleh: Rozi H.
 “Sudahlah, lama-lama gw pusing liat lu garuk selangkangan melulu.”

Jodi mengutuki kawan satu Kosan, yaitu si Iman, sedang yang dikutuk malah asyik garuk selangkangan dan sambil mengekpresikan wajah merem-melek yang menurut Jodi sangat menyebalkan. Begitulah pemandangan yang sering Jodi liat selama numpang di kosan Iman. Padahal Jodi tahu hobi aneh yang sering dilakukan kawannya tersebut.

Di dalam kekesalannya yang bertubi-tubi, Jodi berusaha mengingat peristiwa yang pernah dirasakan nya sangat ‘memalukan  akibat ulah teman nya tersebut’. Tidak lupa sembari mencari cara untuk menghentikan hobi semena-mena tersebut.

Pernah dalam suatu rapat persiapan acara  kampus, Iman dan Jodi dipercaya oleh Kepala jurusan untuk mewakili Fakultas nya dan memimpin rapat tersebut. Ada perasaan yang tidak enak membayangi Jodi, lalu benar saja, Saat membuka rapat tanpa sadar Iman dengan semangat empat-lima memulai hobinya, peserta rapat hanya bisa mesem, tetapi Jodi asem melihat ulah temannya tersebut, rapat pun diisi dengan melongo-nya muke Jodi.

Ternyata bukan peristiwa itu saja yang membuat Jodi keki. Ada lagi saat mereka berdua pernah nyasar di suatu tempat, mungkin ini sedikit membuat Jodi ngakak. Suatu hari Jodi dan Iman sedang mencari sebuah alamat rumah, tanpa sadar mereka malah sudah terlalu jauh dari alamat yang mereka tuju. Maka mereka memiliki inisiatif untuk bertanya dengan seseorang yang sedang lewat di jalan. Kebetulan orang itu perempuan. Iman pun melangkah mendekati perempuan tersebut.

Namun saat Iman sedang bertanya, kekhawatiran Jodi pun menjadi kenyataan. Sadar ada yang tidak beres dengan salah satu posisi tangan Iman, Jodi pun menginjak-injak kaki Iman sambil berbisik,

 ‘Coy, tangan lu…tuh!’.

Perempuan yang sedang diajak berbicara dengan Iman segera refleks menundukan kepala melihat posisi tangan yang dimaksud. Merasa dalam kondisi yang berbahaya, perempuan itu langsung mendaratkan tamparan di pipi sebelah kanan Iman, Iman pun hanya meringis,

‘kurang ajar, gak sopan!’-sungut perempuan itu sambil menjauh.

 Jodi pun hanya tertawa ngakak melihat Iman mengelus-elus pipi kanannya, sedangkan tangan kirinya tentunya masih asyik melanjutkan hobinya tersebut tanpa iman sadari.

Jodi masih memikirkan cara untuk menjahili Iman sekaligus memberi efek jera pada hobi-yang-tak-disadarinya-tersebut. Jodi pun melangkah keluar  Kosan untuk membeli makan. Sesampainya Jodi kembali ke Kosan dengan dua nasi bungkus, Iman yang melihat ada makanan gratis, langsung menyambar nasi bungkus yang dibawa Jodi.

‘Tahu aje gw lagi laper, buat gue yak’-ujar Iman, sembari membuka satu nasi bungkus dengan lauk-pauk dan sambal yang banyak.

Tanpa basa-basi,  Iman langsung melahapnya. Tidak sampai lima menit nasi itu sudah habis. Setelah kenyang tidak lupa Iman menggaruk selangkangannya. Jodi diem-diem mulai ngikik. Benar saja, sepuluh menit kemudian Iman gelisah merasakan panas di ‘bawah perutnya’.

 ‘Ah lu ngerjain gw yah coy'- ujar Iman sambil berlari menuju kamar mandi.


(Sumber: Rimanews.com)

 Strategi Jodi berhasil, mungkin untuk sementara waktu, Iman tidak akan melakukan hobinya kembali, mengingat ‘sisa-sambal’ di tangannya yang belum dicuci.* .

*Cerita ini hanya imaginasi yang dibuat berdasarkan kenyataan, adapun nama yang dipakai, hanya fiktif dan unsur ketidaksengajaan.



Minggu, 03 Januari 2016

SEKARANG BAPAKNYA BERADA DIMANA?

MATEMATIKA BUKAN SEKADAR ILMU YANG MENYERAMKAN, KINI DENGAN MATEMATIKA AKU BISA BIKIN CERITA KONYOL NAN IDIOT.......

 Oleh: Rozi H.

Pernyataan :

Jika umur seorang ibu adalah 21 tahun lebih tua dari anaknya, 6 tahun kemudian ternyata umur ibunya 5 kali lipat dari umur anaknya..


Pertanyaannya : umur anaknya berapa sekarang ??
                            dan bapaknya lagi ada dimana ( emang ga nyambung sih.. udah lu baca aje,,,)

Jawab :   cekidot....

Sumber: Google.com

Diketahui ,
umur ibunya ( I = A + 21)  ( + 6 TAHUN KEMUDIAN )
Umur anaknya (A = ?? )       ( + 6 TAHUN KEMUDIAN, LIMA KALI LIPAT UMUR IBUNYA )  (  A +6) X 5




--- MASUK PERSAMAAN-----


                   1.      ( A + 21 + 6)  =  ( A + 6) X 5

                   2.    A + 27     =  5A+30

                   3.    (27 -30) =  ( 5A - A)

                   4.  -3  = 4A

                   5. A =  -3 /4

BERARTI UMUR ANAKNYA ( -3/4 DIKALI 12 BULAN ( 1 TAHUN = 12 BULAN) ) =  ( -3 /4 X 12 = -9 BULAN....., )

MAKA UMUR ANAKNYA ADALAH...  -9 BULAN, KEMUNGKINAN BELUM LAHIR KARENA SEORANG BAYI BILA AKAN LAHIR HARUS MENUNGGU 9 BULAN..


DAN SEKARANG PERTANYAAN AKHIR...

"Dimana BAPAKNYA" ????

karena umur anaknya adalah -9 bulan..., maka (TEORI KEMUNGKINAN) KEMUNGKINAN BESAR BAPAKNYA ADA DI....



( atas ibunya )



Yang ketawa berarti bapaknya.


HOHOHO



-Sumber //// buku COWOK VS CEWEK//////

MAAFKAN BAPAK, ANAKKU.

Sewaktu ku kecil, sewaktu aku masih dipangkuan ibuku, ibuku sering mengajakku berjalan-jalan dengan kereta bayi, aku sangat senang. Beberapa saat aku menangis manja, meminta perhatian ibuku, ibuku pun dengan cekatan, langsung memeperhatikanku dan menghiburku agar berhenti menangis......

Ayah melihatku sedang dimanja oleh ibuku, akupun membalasnya dengan tatapan manja, aku harap ayah juga datang menghampiriku untuk menghiburku..
kukira ayah menghampiriku untuk menghiburku..
ternyata tidak......

Aku sedang menggali tanah untuk mencari cacing, untuk umpan memancingku di kolam belakang rumah, beberapa saat aku melihat ayah sedang berjalan melewatiku, ketika ia berbalik, kuharap ayah menghampiriku untuk membantu menggali-kan tanah untukku,
kukira ayah menghampiriku untuk membantuku...
ternyata tidak.......

Aku memenangkan pertandingan semifinal kasti tingkat remaja di sekolah, dan kini aku ingin ayah menonton pertandingan finalku untuk menyemangatiku...., aku hanya bisa menitipkan selembar tiket pertandingan final untuk ayahku, karena kutahu ibuku sedang sibuk,
saat pertandingan, aku memukul home-run, aku berlari dan terjatuh, tapi tim ku memenangkan pertandingan, aku melihat sorak-sorai penonton mendukungku, kuharap ayah juga sedang ada disitu,
kukira ayah datang, untuk menonton pertandingan kasti untukku..
ternyata tidak........

Sumber gambar: voaindonesia.com

Kini, aku telah beranjak dewasa,dan aku kini sudah menikah, aku membutuhkan sebuah nasihat dan masukkan yang baik sebagai seorang kepala keluarga baru, hal itu tentu saja hanya bisa kudapat dari ayahku, beberapa kali aku ingin menemuinya, datang ke rumahku yang dulu, rumah yang membesarkanku, aku ingin berbagi pengalaman hidup dengan ayah, saling bertukar pikiran...., ibu apa kabar ? ayah sedang berada dimana ?? ayah sedang tidak berada di rumah
kukira hal itu yang juga diinginkan ayah...
ternyata tidak...........

dan,
dan, 
dan,

Kini, aku ialah seorang prajurit negara, 
tugas negara memanggilku, agar aku ikut berjuang di garis terdepan peperangan....
ketika aku ingin berangkat, aku mendapat kiriman surat, dan betapa bahagianya aku, aku membaca surat itu, dan setelahnya aku menjadi semangat untuk bertempur membela tugas negara...

dengan semangat yang berkobar, aku selalu mengingat isi surat dari ayah


"anakku, kau patriot bangsa, kau anakku yang gagah berani"
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

namun, takdir berkata lain,
aku tertembak dan gugur di medan perjuangan

lanjutan surat :
 "anakku, kuharap kau pulang dengan selamat......"

ayah memintaku pulang dengan selamat....

"MAAFKAN AKU AYAH, AKU TIDAK DAPAT MEMENUHI PERMINTAANMU, AKU SAYANG AYAH "



ROZI HARIANSYAH, ditulis ulang dan dinukil dari akun facebook pribadi.



Inspirasi dan Adaptasi  :
Oleh Kim Donghwa, Kartunis asal Korea Selatan dalam buku cerita bergambar "Chiken soup for teen soul"
dengan sedikit perubahan.