Minggu, 03 Januari 2016

MAAFKAN BAPAK, ANAKKU.

Sewaktu ku kecil, sewaktu aku masih dipangkuan ibuku, ibuku sering mengajakku berjalan-jalan dengan kereta bayi, aku sangat senang. Beberapa saat aku menangis manja, meminta perhatian ibuku, ibuku pun dengan cekatan, langsung memeperhatikanku dan menghiburku agar berhenti menangis......

Ayah melihatku sedang dimanja oleh ibuku, akupun membalasnya dengan tatapan manja, aku harap ayah juga datang menghampiriku untuk menghiburku..
kukira ayah menghampiriku untuk menghiburku..
ternyata tidak......

Aku sedang menggali tanah untuk mencari cacing, untuk umpan memancingku di kolam belakang rumah, beberapa saat aku melihat ayah sedang berjalan melewatiku, ketika ia berbalik, kuharap ayah menghampiriku untuk membantu menggali-kan tanah untukku,
kukira ayah menghampiriku untuk membantuku...
ternyata tidak.......

Aku memenangkan pertandingan semifinal kasti tingkat remaja di sekolah, dan kini aku ingin ayah menonton pertandingan finalku untuk menyemangatiku...., aku hanya bisa menitipkan selembar tiket pertandingan final untuk ayahku, karena kutahu ibuku sedang sibuk,
saat pertandingan, aku memukul home-run, aku berlari dan terjatuh, tapi tim ku memenangkan pertandingan, aku melihat sorak-sorai penonton mendukungku, kuharap ayah juga sedang ada disitu,
kukira ayah datang, untuk menonton pertandingan kasti untukku..
ternyata tidak........

Sumber gambar: voaindonesia.com

Kini, aku telah beranjak dewasa,dan aku kini sudah menikah, aku membutuhkan sebuah nasihat dan masukkan yang baik sebagai seorang kepala keluarga baru, hal itu tentu saja hanya bisa kudapat dari ayahku, beberapa kali aku ingin menemuinya, datang ke rumahku yang dulu, rumah yang membesarkanku, aku ingin berbagi pengalaman hidup dengan ayah, saling bertukar pikiran...., ibu apa kabar ? ayah sedang berada dimana ?? ayah sedang tidak berada di rumah
kukira hal itu yang juga diinginkan ayah...
ternyata tidak...........

dan,
dan, 
dan,

Kini, aku ialah seorang prajurit negara, 
tugas negara memanggilku, agar aku ikut berjuang di garis terdepan peperangan....
ketika aku ingin berangkat, aku mendapat kiriman surat, dan betapa bahagianya aku, aku membaca surat itu, dan setelahnya aku menjadi semangat untuk bertempur membela tugas negara...

dengan semangat yang berkobar, aku selalu mengingat isi surat dari ayah


"anakku, kau patriot bangsa, kau anakku yang gagah berani"
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

namun, takdir berkata lain,
aku tertembak dan gugur di medan perjuangan

lanjutan surat :
 "anakku, kuharap kau pulang dengan selamat......"

ayah memintaku pulang dengan selamat....

"MAAFKAN AKU AYAH, AKU TIDAK DAPAT MEMENUHI PERMINTAANMU, AKU SAYANG AYAH "



ROZI HARIANSYAH, ditulis ulang dan dinukil dari akun facebook pribadi.



Inspirasi dan Adaptasi  :
Oleh Kim Donghwa, Kartunis asal Korea Selatan dalam buku cerita bergambar "Chiken soup for teen soul"
dengan sedikit perubahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar