Awalnya aku mengira
tidak ada pekerjaan yang lebih rumit saat kita berada di lapangan. Ini bukan
tentang menjadi pesepakbola atau pemain basket. Kena sinar matahari, bertarung dengan
macet, pun semanis kecap bila bertemu orang lain untuk yang kerjanya lebih banyak di luar kantor. Tentu
saja aku tahu rasanya karena selama ini aku lebih banyak berkutat menjadi salesman. Maaf lebih tepatnya adalah tukang
buku, tukang cokelat, tukang nawar iklan dan tukang kopi, barangkali…
Namun semua berubah
saat mengira aku adalah orang lapangan. Menjadi seorang staf pendukung, itu
berarti kamu juga harus bersiap bengong seharian di depan komputer.
(Goal.com)
Oleh
: Rozi Hariansyah
Serba bisa. Kata yang
tepat untuk menyebut orang-orang yang pandai mengerjakan banyak hal dalam satu
waktu, alih-alih menyebutnya ‘orang gila’, kata mantan bos ku dulu sewaktu
masih bekerja di perusahaan penerbitan.
Aku bekerja sebagai administrasi operasional di sebuah bimbingan belajar. Jadi ingat waktu pertama kali diterima kerja. Bos ku
bilang meski aku akan lebih banyak bekerja di depan komputer, tetapi juga harus
siap sewaktu-waktu keluar kantor untuk promosi ke sekolah. Ambil inventaris
barang ke gudang, mengganti staf yang tidak masuk dan anterin kakak pengajar menyeberang ke cabang
lain.
Bimbelnya memang punya
banyak cabang. Maka aku kira tadinya akan bareng satu tempat dengan teman, yang
sama-sama baru bekerja disini. Ternyata dia ditempatkan di cabang yang lain.
Tidak masalah sih, setidaknya
bayangan bengong seharian melototin monitor sudah hilang dari kepala.
Input data absen, uang
pendaftaran dan membuat laporan ibarat
sudah jadi teman setiap hari. Isi spidol, menyalakan AC di setiap ruang kelas,
bersih-bersih komputer, merapikan bahan ajar siswa dan tentu saja godain
mbak-mbak cantik yang lewat setiap hari depan kantor. Yang terakhir enggak deh.
Mana mungkin kami
berani kurang ajar dengan tempat kerjaku yang mengatasnamakan bimbel islami. Sebagai tempat
belajar alternatif selain di sekolah, jelas kami harus sigap melayani anak-anak
sekolahan yang jajannya mengalahkan upah kami dalam sehari saat mereka datang
jam empat sore.
Apakah segitu aja
rutinitasku sehari-hari? Yah enggak lah. Untuk menghilang penat, kadang kita
suka nyolong waktu sekadar bercanda garing saja sama rekan kerja di kantor.
Lalu aku berfikir
apakah dengan tugas ganda-campuran ini, kita bisa fokus menyelesaikan
pekerjaan? Aku coba melemparkan tanya kepada temanku.
Sialnya yang lagi
ditanya malah sedang asyik nonton film La la land. Jujur aja ini adalah film kedua
selain High School Musical, yang sukses bikin aku pusing karena kebanyakan
muter-muter sambil nyanyi-nyanyi.
Temanku lagi tidak
muter-muter sih. Dia cuma jawab, “Yah begitulah petugas administasi”.
Apakah di tempat
kerjamu petugas administrasi, kayak begini ini kerjanya? atau kamu yang
ternyata seorang admin, hanya bisa senyum-senyum sakit gigi membaca
pertanyaanku ini?
Pada akhirnya aku
mengakui bahwa bekerja sebagai petugas administrasi tidak kalah capeknya
dibandingkan dengan petugas di lapangan.
Apalagi kalau kerjaan
keduanya digabungin. Rasanya seperti minum obat puyer. Puyeng gimana gitu yah.
Biasanya untuk tempat
kerja yang bergelut didunia bisnis tentu saja membutuhkan promosi. Apalagi
bisnis jasa pendidikan. Makanya aku sering promo sederhana, selain memanfaatkan alat telekomunikasi tentunya. Seperti menyebar brosur ke perumahan, sekolah,
ataupun dijalanan strategis. Aku sering melakukannya bersama CS.
Kami memanggilnya CS, biar lebih setara. Meski sebenarnya CS ini layaknya orang yang sering dapat
perlakuan kayak tukang disuruh-suruh. Aku tidak mau menganggapnya sebagai Office Boy, pembantu, tukang jaga markas,atau
apalah yang sering disebut banyak orang.
Lagipula asal tahu
saja, CS lah yang paling paham dengan seluk-beluk kehidupan kantor. Karakter
Bos, siapa yang paling nyebelin, siapa yang penakut, siapa yang paling baik,
atau bahkan sekedar warung makan yang enak disekitar kantor.
Pak Sabar nama CS nya.
Beliau ini yang mengajari aku menyebar brosur di rumah kosong. Enggak-enggak,
bercanda kok. Pak Sabar, sesuai namanya memang sabar banget kok kalau menghadapi
kami, staf-staf gak tahu diri yang kalau sekedar makan atau minum, piring dan
gelas saja gak mau ditaruh di ember. Ditaruh di meja semua. Nah pas giliran mau
minum, gelas abis salah siapa coba? Gelas masih ada di meja, ngapain lagi
ngambil gelas baru yang ada di rak.
Kami yang cuma staf biasa, kadang bisa menjadi satu
solidaritas kalau merasa capek sama-sama saat bekerja. Makanya ketika Pak Sabar
yang sudah bekerja tujuh tahun lebih memutuskan resign, aku merasa sedih kehilangan
Pak Sabar.
Kembali lagi saat aku
mengerjakan tugas-tugas kantor. Kamu pernah merasa tidak sih, tugasmu sendiri
saja sudah banyak tiba-tiba ada saja tugas yang baru datang lagi dan datang lagi. Menumpuk
melulu.
Petugas Administrasi
paling cuma cengar-cengir saja saat dimintain tolong seperti itu. Meskipun bisa
jadi itu bukan tugasnya. Kalau begitu ingin rasanya berak sekebon.
Membangun rasa solid
dan percaya antar rekan kerja menjadi sangat penting. Apapun jenis pekerjaannya
kalau lingkunganmu mendukung, kamu bisa nyaman aja sih.
Tapi hidup di dunia
ketidakpastian kerja gak bisa nyaman-nyaman aja sih sebenarnya. Periksa status
kerjamu. Apakah masih magang, coba-coba, kontrak setiap tahun, kontrak
selamanya atau sudah jadi dewa (pegawai tetap)? tenang saja, pekerja semestinya
dilindungi Undang-Undang Tenaga Kerja yang berlaku kan?
Hayoloh, jangan bisanya
bikin grup whatsapp aja yang hobi gosipin soal kantor, hehehe.
Kalau sudah begini yah
tidak mudah memang kalau jadi petugas administrasi-beban ganda kayak gini.
Apakah lebih baik merasa syukur saja karena sudah bekerja disaat yang lain
masih menganggur?
Tiba-tiba temanku
menepuk pundakku, karena aku dari tadi kebanyakan bacot sendirian di depan kaca
tempat wudhu. Dia bilang begini,
“Ojin, jangan bengong
baek. Minta tolong yah nanti ada siswa kelas enam yang mau minta bantuan
mengerjakan pr ipa.”
“Waduh, bukannya ada
pengajar yang bisa? gue masih ada inputan data yang belum selesai nih om bro” kata
ku.”
Temanku bilang bahwa pengajarnya
lagi sibuk semua atau lagi tidak ada jadwal mengajar hari ini.
Aku mau protes, karena
jadi pengajar adalah bukan tugasku. Aku kan hanya seorang petugas administrasi.
Tapi temanku langsung cecar,
“Gapapa Ojin, jadi STAF
PENDUKUNG itu dapat pahala loh”
Ah gigit nih.***