“Gerakan buruh sekarang harus
mengkonsolidasikan diri membangun partai politik miliknya sendiri”. Ucapan tersebut keluar dari Koswara,
Presiden Konfederasi Serikat Nasional (KSN).
Foto:
Koswara (kanan)
Oleh:
Rozi.H
Suatu keberuntungan, saya bisa
bertemu dengan Koswara tepatnya pada hari selasa 4 April 2016 yang lalu. Saya
memanggilnya dengan sebutan bung. saya bertemu dengan beliau berbarengan dengan
pelaksanaan aksi ratusan massa dari serikat pekerja PLN (SP-PLN) di depan
Istana Negara. Pada siang itu dengan cuaca
cukup cerah, Bung Koswara sedang beristirahat di dekat taman seputaran Istana.
Bersama Konfederasi Serikat Nasional (KSN), Bung Koswara ikut bersolidaritas
dengan massa aksi SP- PLN. Beruntung bagi saya yang memang ditugaskan mencari
dan mewawancarai Bung Koswara, tentunya langsung bertemu di lapangan saat ini.
Perlahan saya duduk di sebelah
Bung Koswara. Berbincang ringan dan menanyakan kabar, tidak langsung
melemparkan pertanyaan bertubi-tubi, saya bukan wartawan profesional. Bung
Koswara tersenyum sekilas. Sulit untuk menebak-nebak apakah Bung Koswara sedang
lelah atau tidak di siang itu. Bagi Bung Koswara memperjuangkan nasib kaum
buruh pastinya tidak mengenal kata lelah. Mungkin pengalaman memimpin massa
aksi selama belasan tahun yang tetap membuatnya terus semangat memperjuangkan kehidupan
kaum buruh.
Seperti yang kita ketahui,
masalah mengenai kaum buruh selalu ada dimana-mana. Upah layak, status kerja, kebebasan berserikat
dan lain sebagaimana kita dengar setiap
kali gerakan buruh turun ke jalan. Semakin kuatnya represifitas aparat negara untuk melindungi
kebijakan yang selalu ditolak oleh
mayoritas gerakan buruh merupakan respon yang dilakukan negara saat ini. Maka
buruh pun harus dikriminalisasikan bahkan sampai dipenjara. Ini saatnya
momentum saya untuk membuka pintu pertanyaan
dengan Bung Koswara.
Saya pun memulai pertanyaan
mengenai kriminalisasi dan tindakan represi terhadap kaum buruh.
Senang bertemu dengan Bung
Koswara. Apa kabar Bung?Akhir-akhir ini demonstrasi gerakan buruh semakin
mendapat tekanan dari negara lewat kebijakan dan aparat yang melindungi
pemerintah. Menurut Bung Koswara apa yang menyebabkan hal tersebut semakin
sering terjadi?
Oh iya, kabar saya baik. Memang
benar tekanan terhadap demonstrasi gerakan buruh sudah semakin besar. Ini tidak
lepas dari semakin membesarnya gerakan buruh yang turun ke jalan untuk
memperjuangkan haknya. Contohnya dengan
regulasi Peraturan Pemerintah (PP) nomor 78 merupakan paket kebijakan ekonomi
kebijakan Jokowi-JK yang ditentang gerakan buruh menjelang akhir tahun 2015
kemarin, jelas aparat negara diperlukan untuk melindungi kebijakan ekonomi yang
tidak pro buruh tersebut, jadi tidak heran bila represifitas dan bahkan
kriminalisasi terhadap buruh dan setiap elemen gerakan sosial pendukungnya juga
semakin kuat.
Bung Koswara mengatakan bahwa
gerakan buruh yang turun ke jalan semakin besar, meskipun tekanan yang dilakukan oleh negara juga tidak
kalah besarnya. Bagaimana pendapat Bung Koswara? Apakah kondisi gerakan buruh
benar-benar membesar saat ini atau sebaliknya, dengan posisi terus mendapat
represifitas dan kriminalisasi oleh aparat negara?
Saya harus akui gerakan buruh
yang ada sekarang, meskipun membesar dalam jumlah massa aksi yang terlibat,
tapi tidak menyatukan jumlah serikat buruh yang ada sekarang, dengan jumlah
serikat buruh yang semakin banyak, tetapi bisa dikatakan serikat buruh yang ada
belum menyatu untuk menjadi sebuah persatuan gerakan buruh yang solid. Regulasi
semacam PP 78 yang lebih ke arah Neoliberal dan tidak memihak kaum buruh,
seharusnya menjadi sebuah konsolidasi gerakan buruh untuk bersatu dan melawan.
Hari ini memang gerakan buruh terlihat
terkotak-kotak. Misal soal eksistensi pimpinan serikatnya, siapa jumlah massa
nya paling besar, gerakan buruh yang hanya berkutat pada persoalan ekonomi
saja, tapi buat kami hal itu sebenarnya bukan persoalan pokok yang menghambat
persatuan gerakan. Persoalan yang harus dibangun adalah menyiapkan wadah politik
alternatif yang menjadi kendaraan politik untuk memperjuangkan kaum buruh.
Wadah politik alternatif? Bisa
dijelaskan lebih jauh perlu nya wadah politik yang alternatif bagi kaum buruh?
Baik, saya akan pindah posisi
tempat duduk ke arah yang lebih jauh di sana.
Haha, Bung Koswara bisa saja.
Maksudnya penjelasan mengenai lebih mendalam tentang apa bentuk yang ideal dan pentingnya
wadah politik alternatif bagi kaum buruh?
Iya, selama ini gerakan buruh
dengan massa yang semakin banyak untuk menuntut hak-hak normatif kaum buruh
seperti upah layak, memang harus selalu diperjuangkan. Namun gerakan buruh yang
menuju pembesaran harus bergerak yang tidak melulu memperjuangkan hak normatif
atau berkutat pada isu ekonomi saja.
Energi dan semangat yang besar
jangan berhenti pada gerakan ekstraparlementer saja. Perlu sebuah wadah politik
dalam artian “PARTAI POLITIK” sebagai alat yang mempengaruhi kebijakan negara.
Gagasan yang kami tawarkan adalah bagaimana gerakan buruh mengkonsolidasikan
diri dan memiliki partai politik miliknya sendiri. Bukan mendompleng sebagian
anggota nya untuk masuk dengan partai-partai politik yang tidak pro buruh
sekarang.
Menarik sekali gagasan Bung
Koswara, lalu bagaimana maksud dengan tidak mendompleng dengan partai-partai
politik yang ada sekarang?
Kami menyebutnya sebagai partai
politik alternatif milik sendiri sebab partai politik yang benar-benar
mengakomodir kepentingan kaum buruh harus dibangun dengan kepemilikian bersama
dengan model dari bawah ke atas. Bukan dari atas ke bawah, seperti partai
politik milik pengusaha dan elit politik tertentu, sehingga kepemilikan dan
kepemimpinan yang dibangun sesuai dengan kepentingan kaum buruh bersama-sama.
Maka tidak perlu
anggota-anggota serikat kita yang harus menyebar dan mendompleng pada partai
politik berideologi borjuis yang ada sekarang, itu bukan partai politik mereka.
Mereka akan mudah dikendalikan.Oleh sebab itu gerakan buruh sekarang harus
mengkonsolidasikan diri membangun partai politik miliknya sendiri.
Sebagai langkah awal untuk menyampaikan
gagasan altenatif dan konsolidasi yang
terus berlanjut, apa saja yang akan dilakukan Konfederasi Serikat
Nasional (KSN) menjelang satu mei hari buruh internasional yang jatuh pada hari
minggu nanti.
Tentunya Konfederasi Serikat
Nasional (KSN) sendiri sedang berkonsolidasi di masing-masing keanggotaan basis
federasi di daerah-daerah seperti, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan dan daerah lainnya.
Tema besar yang kami suarakan
diantaranya, lawan politik kapitalisme, tolak privatisasi aset-aset vital milik
negara, contohnya hari ini kita sudah memulai bersolidaritas dengan SP-PLN, dan
tentunya seruan buruh harus memiliki partai politiknya sendiri. Tapi diluar hal
tersebut, kita tetap memperjuangkan kebutuhan normatif ekonomi yang juga
dirasakan mayoritas rakyat hari ini seperti upah layak, kebebasan berserikat,
pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Kami akan memulai aksi serentak
di masing-masing daerah pada tanggal 15 April sampai 29 April dan puncaknya
pada tanggal 2 mei 2016. Aksi mei day serentak tahun ini kita barengi dengan
hari pendidikan nasional.
***
Cuaca di siang itu berubah
lebih sejuk. Bung Koswara pun sejenak meminum air mineral kemasan yang sedang
dipegangnya dari tadi. Nama Bung Koswara terdengar dari mobil komando aksi hari
ini. Bung Koswara segera bersiap melakukan orasi solidaritas dari Konfederasi
Serikat Nasional (KSN). Saya mengucapkan terima kasih Sebelum Bung Koswara
beranjak pergi menuju mobil komando aksi.
Terima kasih bung atas waktu
dan tempatnya, kita pasti akan bertemu lagi dengan perjuangan yang sama
tentunya.
Siap, terus tetap semangat yah.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar