Sabtu, 21 Mei 2016

KOSWARA : BURUH HARUS MEMILIKI PARTAI POLITIK MILIKNYA SENDIRI


“Gerakan buruh sekarang harus mengkonsolidasikan diri membangun partai politik miliknya sendiri”. Ucapan tersebut keluar dari Koswara, Presiden Konfederasi Serikat Nasional (KSN).


                                                                                        Foto: Koswara (kanan) 

Oleh: Rozi.H

Suatu keberuntungan, saya bisa bertemu dengan Koswara tepatnya pada hari selasa 4 April 2016 yang lalu. Saya memanggilnya dengan sebutan bung. saya bertemu dengan beliau berbarengan dengan pelaksanaan aksi ratusan massa dari serikat pekerja PLN (SP-PLN) di depan Istana Negara. Pada siang itu dengan  cuaca cukup cerah, Bung Koswara sedang beristirahat di dekat taman seputaran Istana. Bersama Konfederasi Serikat Nasional (KSN), Bung Koswara ikut bersolidaritas dengan massa aksi SP- PLN. Beruntung bagi saya yang memang ditugaskan mencari dan mewawancarai Bung Koswara, tentunya langsung bertemu  di lapangan saat ini.

Perlahan saya duduk di sebelah Bung Koswara. Berbincang ringan dan menanyakan kabar, tidak langsung melemparkan pertanyaan bertubi-tubi, saya bukan wartawan profesional. Bung Koswara tersenyum sekilas. Sulit untuk menebak-nebak apakah Bung Koswara sedang lelah atau tidak di siang itu. Bagi Bung Koswara memperjuangkan nasib kaum buruh pastinya tidak mengenal kata lelah. Mungkin pengalaman memimpin massa aksi selama belasan tahun yang tetap membuatnya terus semangat memperjuangkan kehidupan kaum buruh.

Seperti yang kita ketahui, masalah mengenai kaum buruh selalu ada dimana-mana.  Upah layak, status kerja, kebebasan berserikat dan lain sebagaimana  kita dengar setiap kali gerakan buruh turun ke jalan. Semakin kuatnya  represifitas aparat negara untuk melindungi kebijakan  yang selalu ditolak oleh mayoritas gerakan buruh merupakan respon yang dilakukan negara saat ini. Maka buruh pun harus dikriminalisasikan bahkan sampai dipenjara. Ini saatnya momentum saya untuk membuka pintu pertanyaan  dengan Bung Koswara.

Saya pun memulai pertanyaan mengenai kriminalisasi dan tindakan represi terhadap  kaum buruh.

Senang bertemu dengan Bung Koswara. Apa kabar Bung?Akhir-akhir ini demonstrasi gerakan buruh semakin mendapat tekanan dari negara lewat kebijakan dan aparat yang melindungi pemerintah. Menurut Bung Koswara apa yang menyebabkan hal tersebut semakin sering terjadi?

Oh iya, kabar saya baik. Memang benar tekanan terhadap demonstrasi gerakan buruh sudah semakin besar. Ini tidak lepas dari semakin membesarnya gerakan buruh yang turun ke jalan untuk memperjuangkan haknya. Contohnya  dengan regulasi Peraturan Pemerintah (PP) nomor 78 merupakan paket kebijakan ekonomi kebijakan Jokowi-JK yang ditentang gerakan buruh menjelang akhir tahun 2015 kemarin, jelas aparat negara diperlukan untuk melindungi kebijakan ekonomi yang tidak pro buruh tersebut, jadi tidak heran bila represifitas dan bahkan kriminalisasi terhadap buruh dan setiap elemen gerakan sosial pendukungnya juga semakin kuat.

Bung Koswara mengatakan bahwa gerakan buruh yang turun ke jalan semakin besar, meskipun  tekanan yang dilakukan oleh negara juga tidak kalah besarnya. Bagaimana pendapat Bung Koswara? Apakah kondisi gerakan buruh benar-benar membesar saat ini atau sebaliknya, dengan posisi terus mendapat represifitas dan kriminalisasi oleh aparat negara?

Saya harus akui gerakan buruh yang ada sekarang, meskipun membesar dalam jumlah massa aksi yang terlibat, tapi tidak menyatukan jumlah serikat buruh yang ada sekarang, dengan jumlah serikat buruh yang semakin banyak, tetapi bisa dikatakan serikat buruh yang ada belum menyatu untuk menjadi sebuah persatuan gerakan buruh yang solid. Regulasi semacam PP 78 yang lebih ke arah Neoliberal dan tidak memihak kaum buruh, seharusnya menjadi sebuah konsolidasi gerakan buruh untuk bersatu dan melawan.
Hari ini memang gerakan buruh terlihat terkotak-kotak. Misal soal eksistensi pimpinan serikatnya, siapa jumlah massa nya paling besar, gerakan buruh yang hanya berkutat pada persoalan ekonomi saja, tapi buat kami hal itu sebenarnya bukan persoalan pokok yang menghambat persatuan gerakan. Persoalan yang harus dibangun adalah menyiapkan wadah politik alternatif yang menjadi kendaraan politik untuk memperjuangkan kaum buruh.

Wadah politik alternatif? Bisa dijelaskan lebih jauh perlu nya wadah politik yang alternatif bagi kaum buruh?

Baik, saya akan pindah posisi tempat duduk ke arah yang lebih jauh di sana.

Haha, Bung Koswara bisa saja. Maksudnya penjelasan mengenai lebih mendalam tentang apa bentuk yang ideal dan pentingnya wadah politik alternatif bagi kaum buruh?

Iya, selama ini gerakan buruh dengan massa yang semakin banyak untuk menuntut hak-hak normatif kaum buruh seperti upah layak, memang harus selalu diperjuangkan. Namun gerakan buruh yang menuju pembesaran harus bergerak yang tidak melulu memperjuangkan hak normatif atau berkutat pada isu ekonomi saja.
Energi dan semangat yang besar jangan berhenti pada gerakan ekstraparlementer saja. Perlu sebuah wadah politik dalam artian “PARTAI POLITIK” sebagai alat yang mempengaruhi kebijakan negara. Gagasan yang kami tawarkan adalah bagaimana gerakan buruh mengkonsolidasikan diri dan memiliki partai politik miliknya sendiri. Bukan mendompleng sebagian anggota nya untuk masuk dengan partai-partai politik yang tidak pro buruh sekarang.

Menarik sekali gagasan Bung Koswara, lalu bagaimana maksud dengan tidak mendompleng dengan partai-partai politik yang ada sekarang?

Kami menyebutnya sebagai partai politik alternatif milik sendiri sebab partai politik yang benar-benar mengakomodir kepentingan kaum buruh harus dibangun dengan kepemilikian bersama dengan model dari bawah ke atas. Bukan dari atas ke bawah, seperti partai politik milik pengusaha dan elit politik tertentu, sehingga kepemilikan dan kepemimpinan yang dibangun sesuai dengan kepentingan kaum buruh bersama-sama.
Maka tidak perlu anggota-anggota serikat kita yang harus menyebar dan mendompleng pada partai politik berideologi borjuis yang ada sekarang, itu bukan partai politik mereka. Mereka akan mudah dikendalikan.Oleh sebab itu gerakan buruh sekarang harus mengkonsolidasikan diri membangun partai politik miliknya sendiri.

Sebagai langkah awal untuk menyampaikan gagasan altenatif dan konsolidasi yang  terus berlanjut, apa saja yang akan dilakukan Konfederasi Serikat Nasional (KSN) menjelang satu mei hari buruh internasional yang jatuh pada hari minggu nanti.

Tentunya Konfederasi Serikat Nasional (KSN) sendiri sedang berkonsolidasi di masing-masing keanggotaan basis federasi di daerah-daerah seperti, Sumatera Barat, Sumatera  Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan dan daerah lainnya.
Tema besar yang kami suarakan diantaranya, lawan politik kapitalisme, tolak privatisasi aset-aset vital milik negara, contohnya hari ini kita sudah memulai bersolidaritas dengan SP-PLN, dan tentunya seruan buruh harus memiliki partai politiknya sendiri. Tapi diluar hal tersebut, kita tetap memperjuangkan kebutuhan normatif ekonomi yang juga dirasakan mayoritas rakyat hari ini seperti upah layak, kebebasan berserikat, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Kami akan memulai aksi serentak di masing-masing daerah pada tanggal 15 April sampai 29 April dan puncaknya pada tanggal 2 mei 2016. Aksi mei day serentak tahun ini kita barengi dengan hari pendidikan nasional.
***

Cuaca di siang itu berubah lebih sejuk. Bung Koswara pun sejenak meminum air mineral kemasan yang sedang dipegangnya dari tadi. Nama Bung Koswara terdengar dari mobil komando aksi hari ini. Bung Koswara segera bersiap melakukan orasi solidaritas dari Konfederasi Serikat Nasional (KSN). Saya mengucapkan terima kasih Sebelum Bung Koswara beranjak pergi menuju mobil komando aksi.

Terima kasih bung atas waktu dan tempatnya, kita pasti akan bertemu lagi dengan perjuangan yang sama tentunya.


Siap, terus tetap semangat yah.* 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar