Jumat, 01 Maret 2019

ANDAI AKU PAHLAWAN SUPER (HABIS)


Forever hold the dream inside, The chance to fight another fight
The breaking hearts that stand for all our lives…
Live tonight.

(Operation Ground And Pound, by Dragonforce:2006)


Kadang-kadang kita terlihat bahagia dihadapan orang lain. Meski sebenarnya tidak.

Bahagia bagaimanapun harus diperjuangkan. Apakah ada diantara kita yang belum bahagia sampai hari ini? Seperti yang dikatakan Dewi Athena dalam cerita Mitologi Yunani, Dewa-Dewi Olympia,Mencari adalah langkah awal dari kebijaksanaan”. Dewi Athena seolah-olah terlihat bijaksana. Eh tapi dia memang dewi kebijaksanaan sih. Kalau begitu mulai sekarang aku akan mencoba mencari makna sebenarnya apa itu bahagia.


(Sumber: Youtube/Dragonforce)

Oleh : Rozi Hariansyah

Tetapi tidak hari ini.

Karena sekarang aku harus mencari makhluk mitologi alias Pepe yang mengajak ketemuan di warteg daerah Mampang, Jakarta Selatan. Enggak jauh sih. Hanya saja kalau kamu tahu aku mesti menerebos jalan tegal parang raya pada sore hari. Aku seharusnya memutar lewat jalan mampang prapatan saja. Jalan ini lagi macet coy, orang-orang mulai berlalu-lalang pulang kerja. Klakson sini-sana bikin berisik. Sudah untung bisa lewat jalan tembus. Perilaku orang-orang yang tidak sabaran. Kelakuan minor.

Tapi soal kelakuan minor, Orang minor ini kemana ya, katanya janjian di warteg daerah sini, coba wa Pepe lagi ah.

Warteg yang dimana coy? gue udah keliling daerah tegal parang cuma buat ngintipin tiap warteg satu-persatu.” terkirim untuk Pepe.

Aku memberhentikan laju motor sejenak. Menengok warteg yang terletak di kanan-kiri jalan. Oh shit, aku terlihat seperti orang yang mencurigakan, kalau tidak buru-buru pergi, bisa-bisa aku dilempar pakai tempe orek. Tiba-tiba cewek cakep lewat dan hatiku handphone ku bergetar.

“Lau gak usah celingak-celinguk kek maling, ini gue ada di warteg di pertigaan jalan yang lau lewatin tadi, hehe.” Pepe membalas pesan dariku.

Kalau Pepe lihat aku melewati jalan pertigaan yang tadi, kenapa dia tidak memanggil? nanti aku sleding tackle dia

“Setan lau, gue kan harusnya gak bolak-balik gini” aku balas wa Pepe.

Sesampainya di warteg, Pepe ternyata lagi nongkrong bareng Opan.

Wartegnya bernama Warteg-Semogah-Berkah-Sayang-(Sayang Duitnya Gue Mah)

‘’Wei, ini dia jagoannya, nongkrong dulu lah, ngopi dulu.” cecar Pepe

Sepertinya nasibku bisa terancam kalau berlama-lama di dalam warteg ini. Bisa-bisa disuruh traktir.

“Nah ini, ayok duduk kandah” Opan penuh dengan senyum-mesum.

“Iye gue tahu kalian minta dibayarin kopi” jawabku tanpa basa-basi.

Opan dan Pepe sudah kelihatan hidung belangnya. Dari dua piring sisa bekas nasi dan puntung rokok yang buyar didalam gelas-gelas kopi tak berdosa. Pantas saja wajah mbak warteg yang berada di dekatnya agak misuh. Mungkin senewen  meskipun sudah ada asbak, dua bocah planet namek ini buang puntungnya masih sembarangan.

Jadi coy, mau ke bursa kerja nih, siapa yang mau cari kerja?” tanya ku cepat.   
  
“Iya nih gue mau cari kerjaan”. Pepe melirik Opan. Sepertinya ada maksud tertentu.

“Gue nemenin aja yah”. Opan mulai terasa bosan.

Tadinya aku curiga bahwa aku dipanggil untuk bayar kopi dan nasi saja. Kubayar tagihan mereka berdua untuk memastikan Pepe dan Opan tidak jadi tahanan seumur hidup di warteg ini  .

Lalu… kenapa mesti ke Bursa Kerja? kita bertiga tahu bahwa harga diri dari seorang laki-laki adalah bekerja.

Tiba-tiba kita sudah sampai didepan pintu masuk antrian Bursa Kerja. Papan lampu menyala-nyala itu bertuliskan Selamat-Datang-Para-Pencari-Kerja.

Aku dan Pepe sebenarnya sudah punya pekerjaan rutin. Aku yang mesti menunggu tempat les anak-anak pulang sekolah dan Pepe yang menjadi guru di sekolahan swasta. Tetapi tidak dari wajah Opan yang terlihat bosan dari tadi. Dia mempersilahkan kami berdua saja yang masuk kedalam.

“Gue mau ngerokok dulu diluar ya, kalian saja yang masuk kedalam”. ujar Opan.

Aku tahu Opan tidak akan masuk kedalam. Lagipula di Bursa Kerja ini lebih banyak dikunjungi orang-orang yang memiliki ijasah S2, S1 ataupun D3. Sangat jarang dijumpai orang yang hanya lulus SMA saja untuk mencari kerja disini.

Opan bukan orang yang payah. Aku tahu dia pernah merelakan untuk tidak lanjut kuliah karena diputusin pacar, maksudnya dia memilih terjun aktif di organisasi politik meskipun kemudian hari- dia dikecewakan oleh seniornya sendiri. Aku merasa berdosa dulu sering ceng-cengin dia dan organisasinya.

Kalau kamu pernah lihat tempat Bursa Kerja, yah begini ini. Orang bergerombol berbaris tertib. Pakai baju kemeja rapih, necis dan wangi. Tak peduli laki-laki ataupun perempuan. Kita terlihat sama. Untuk sebuah harapan yang lebih baik.

Tiba-tiba Pepe gokil.

“Aku hanyalah manusia biasa yang tak pernah lepas dari, khilafku mencoba mengubah segalanya…”

Anjriiiiit, Pepe malah nyetel lagu disini. Aku tahu dia sudah puber saat Band Radja lagi jaya-jaya nya.

“Sori kepencet player musik” Pepe nyengir tanpa rasa malu

Orang-orang tadinya kaget disangkain ada Ian Kasela disini. Tetapi Pepe lagi tidak memakai kacamata hitam tuh.

Orang-orang disini pada akhirnya tidak peduli juga tuh dengan kejadian yang tadi. Masih dengan harapan yag besar untuk rela berbaris berdesakan mencari peluang kerja yang lebih baik. Samar aku melihat dari luar, sudah banyak stand dan meja yang berjejer didalam. Bentuknya kotak-kotak. Lalu orang-orang rela antri untuk sekedar menaruh daftar riwayat hidupnya. Ada perusahaan di bidang jasa, keuangan, perbankan, otomotif, ritel, yang online-online juga ada. Kemungkinan lengkap.

“Pepe lau siap nih masuk dengan kondisi ramai begini?” tanyaku pada Pepe.

Lah tiba-tiba Pepe menghilang dibelakangku.


***

Aku seperti mengalami gempa waktu.

Pada penghujung bulan Januari 2015. Aku mendatangi tempat yang ramai dikunjungi para pencari kerja dari pelosok Jabodetabek. Lapangan Bola daerah Senayan. Seribuan kira-kira jumlahnya. Ah, tidak. Kayaknya sepuluh-ribuan orang ada disini. Ada yang masih baru lulus kuliah sama sepertiku, ada juga yang brewokan kayak sudah tua. Tapi mungkin memang wajahnya saja yang terlihat tua, tapi usia sama sepertiku. Kami rela membayar tiket lumayan mahal-tiga puluh lima ribu- dan berdesak-desakan bau keringat, jempol tangan,  bahkan bau jempol kaki juga ada, saking padatnya tempat ini.

Modal ku hanya ijasah dan nilai indeks prestasi kumulatik (IPK) saat kuliah. Nilai IPK ku sebenarnya diatas rata-rata. Tapi sepertinya tidak ada pengaruhnya kalau mencari kerja ramai-ramai begini.

Aku tahu bahwa mendapat IPK yang bagus bukan jaminan dapat kerja lebih cepat. Mungkin saja kamu pernah punya kawan yang bahkan waktu kuliahnya biasa-biasa saja dan cenderung biasa-diluar-maksudnya, suka bolos tidak kuliah. Meski memiliki pekerjaan yang upahnya lebih dari cukup bahkan sejahtera. Kesalahanku adalah tidak memahami bahwa realitas tidak melulu soal nilai akademis. Aku tidak pernah iri dengan orang yang beruntung. Aku hanya perlu berhitung dengan kemampuanku sendiri.

Dan … lama aku menunggu panggilan kerja dari mencari pekerjaan di tempat yang kemarin, aku baru sadar namanya Bursa Kerja.

Pada akhirnya aku berhasil mendapat pekerjaan pertamaku di bulan Oktober 2015, bukan dari Bursa Kerja sih, tapi dari situs pencari kerja. Pekerjaan pertamaku adalah menjadi sales majalah dan komik pengetahuan alam untuk anak-anak.

Aku lagi memperagakan sebuah stik bekas es krim untuk dijadikan mainan harmonika disamping siswa sekolah. Kira-kira kelas empat, yang sedang duduk-duduk  tidak jauh dari sekolahnya. Aku ingin memberinya gratis, Barangkali bocah ini senang dengan pengetahuan alam. Misalnya kenapa terjadinya sebuah bunyi? karena adanya getaran yang merambat.

Akhirnya Harmonika mini itu berbunyi setelah ditiup. Lalu Emaknya si anak kelas empat itu datang.

“Jangan duduk disitu, nanti disuruh beli” emak-emak itu sekonyong-konyong menyindirku.

Ya Tuhan, aku sabar. Kadang niat tulus tidak mesti dibalas dengan hal baik.

Kemudian pikiranku kembali.

“Coy jangan bengong aje,” tepukan Pepe kenceng banget..

“Lau kemana aja coy?” aku tanya Pepe.

“Dari tadi gue keliling coy” kata Pepe.

“Perasaan lau dibelakang gue tadi?” aku terheran.

“Udah temenin gue yuk” Pepe menarikku dari samping.

Aku khawatir ini si Pepe bakal kumat gilanya. Benar saja, tidak lama ada seorang perempuan yang meringis karena kakinya terinjak Pepe. Eh Pepe malah cengir sambil bilang,

“Maafin temen gue yang Mbak” Pepe jawab kalem.

Pepe setan.
***

Setengah jam aku dan Pepe terombang-ambing ditengah lautan manusia. Pepe semangat banget cari kerja disini. Aku hanya ingin ketemu Pepe dan Opan saja sebenarnya, tidak ada maksud cari pekerjaan lain, meski selalu ada yang membisik dalam kepalaku akhir-akhir ini.

Pepe aku bawa ke pojokkan.

“Pepe, lau kan sudah kerja coy, ngapain cari kerja lagi”? aku bertanya

“Lau kira orang-orang yang datang disini hanya yang belum kerja semua? Banyak coy yang nyari peluang lebih bagus”kata Pepe.

Aku tak sampai hati bila ingin keluar dari tempat kerjaku dengan cara ini. Kalaupun itu terjadi, aku pasti pamit secara baik-baik, baru mencari yang baru.

Tapi Pepe sepertinya punya pemikiran lain. Aku tahu usia dia lebih tua dari aku. Kalau aku mengungkitnya lagi soal usia, tanganku bisa digigit olehnya. Ini memang Bursa kerja pertamanya, setelah lulus kuliah. Dia pernah bilang, andai bisa kembali ke jaman tahun 2009an, dia lebih baik kerja saja dibanding lebih banyak main game di rental PS alih-alih berkuliah.

Setelah itu aku dan Pepe keluar dari tempat Bursa Kerja.

“Opan mana ya”? tanya pepe.

“Gue jadi gak enak, ninggalin dia sendirian” jawabku

Dikejauhan Opan terlihat lagi diskusi sama tukang siomay, semoga dia tidak cerita-cerita soal Avengers lagi.

“Opan, balik yuk coy” tereak Pepe.

Kami bertiga janjian untuk ngopi di kedai temanku di daerah Mampang. Aku masih belum mengerti mengapa Pepe dan Opan mengajakku ke Bursa Kerja.

“Coy lau mau tahu gak, kenapa lau gue panggil kesini?” tiba-tiba Pepe bisa baca pikiranku.

“LAU SIH KERJA MELULU JARANG NONGKRONG HAHAHA. SEKALINYA LIBURAN, MASIH HARUS CARI KERJA, HAHAHA.” Pepe tiba-tiba kayak zombie, yang perlahan memakan isi kepalaku.

“sebenarnya gak mesti kesini juga, gue males nunggu kalian berdua.” Opan jawab datar.


***
Aku kembali fokus melihat si Thanos-botak-berdagu-getuk-lindri-ungu lagi menghajar habis-habisan para avengers. Tidak lama filmnya selesai dan sebagian pahlawan menjadi debu. Thor idiot banget, gagal bunuh Thanos.Tidak lama, aku memencet tombol off penanda monitor komputer itu sudah tidak menyala lagi.

“Aduh Dadang lama banget pulang nya” aku beranjak dari kursi.

Aku memang sedang libur kerja hari ini. Bolak-balik aku melihat wa, tidak ada pesan yang masuk. Paling sebal kalau nge-chat, dibaca doang kayak wa si Pepe ini. Mentang-mentang sedang asyik kerja jadi guru dia.

Pun dengan Opan, sepertinya dia sudah menemukan dunianya untuk bertarung di lapangan politik. Buat dia, politik itu adalah AKAL-CAIR, bukan akal sehat yang didengung-dengungkan Filsuf artis yang sering nongol di televisi.

Bukankah bekerja memang untuk mengaktualisasi diri dan sebuah kebutuhan?

Mungkin aku merasa capek. Aku bukan Superhero yang bisa melakukan segalanya. Hari libur ini akan kumaksimalkan untuk nongkrong bareng teman-teman perjuangan dahulu.

Kali ini wa ku mendapat pesan dari kawan lama.

“titittirittitit….titittirittitit…” kok bunyinya kayak gini? ternyata ini wa dari Pepe.

“Coy, temenin gue ke Bursa Kerja yuk, gak jauh  dari Mampang kok”.

Sudahi saja, Aku bukan pahlawan super dan aku akan cari kebahagian ku sendiri.

Kehidupan akan tetap terus berjalan. (Habis).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar