Jumat, 08 Februari 2019

ANDAI AKU PAHLAWAN SUPER (bagian 1)


There was an idea, to bring together a group of remarkable people (Avengers).

Kamu pasti percaya bahwa kita pernah menjadi payah. Saat kita coba pergi dan menghindar, bayangan kekalahan itu selalu muncul. Seperti saat ini, mencoba bangkit dan melawan adalah sia-sia. Untuk benar-benar mengatasi-nya, kita sadar bahwa kita tidak boleh sendirian. Yah sendirian, aku benci sendirian.


(Sumber: kapanlagi.com)

Oleh: Rozi H
Si Thanos makhluk botak-berdagu-getuk-lindri-ungu itu sedang cengar-cengir di depan monitor komputer milik teman-ku. Aku lagi galau, dia malah ketawa-ketiwi. Kurang ajar si Thanos, semua pahlawan superhero avengers gampang banget dikalahkan. Cuma jentik salah-satu batu akik, pada modar semua dah. Kebetulan sih kerja hari ini sedang libur. Kapan lagi bisa selonjoran kaki sambil nonton film avenger, Film favorit-ku itu. Tapi aku males banget ini menunggu sendirian di sebuah kedai kopi daerah Mampang, Jakarta Selatan. 

Menunggu teman. Dia-nya lagi pergi pacaran dan aku malah nungguin dia pulang sambil nonton film. Sejujurnya saat ini aku takut kalau Thanos benar-benar keluar dari monitor.

Sedang asyik-asyik nonton, tiba-tiba  ada pesan yang masuk ke Whatsapp ku.

“titittirittitit….titittirittitit…”

Anjir aku lupa mengganti bunyi yang lebih jadul lagi. Kulihat layarnya, ah malas melihatnya, sebuah pesan masuk dari kawan lama.

“coy, temenin gue ke acara bursa kerja yuk, gak jauh dari Mampang kok.” -dari Pepe.

Tumben-tumbenan ini mantan pemain belakang Real Madrid menghubungi. Aku sudah menduga, Dia ini pasti ada maunya kalau begini. Coba cek, peristiwa tidak senonoh apalagi yang akan kita perbuat nanti. Langsung saja aku balas pesan nya.

“Ogah ah, mager coy. Tumben lau wa gue, kalau bukan soal cewek, gamau bales gw.”

“Nah, ini bales. Tapi gue udah deket di tempat lau nongkrong nih” –pesan balasan kembali dari Pepe.

Wadaw, tahu darimana dia kalau aku sedang di daerah Mampang? Terakhir dia mampir kesini, kira-kira empat ratus tahun yang lalu, maksudnya dua tahun yang lalu. Saat itu Pepe sedang numpang internet-an DAN KAMPRET MINTA DIKERJAIN buat ngerjain skripsi. Pepe merupakan kawan lama yang sebenarnya namanya-tidak-boleh-disebutkan, seperti tokoh Voldemor. Ada urusan apa dia ya kira-kira? Semoga dia datang dalam keadaan baik-baik saja.

***
  
Dunia sebenarnya tidak pernah baik-baik saja. Ketika kita merasa lemah, kita akan makin merasa kalah. Entah kita dimarahi bos saat kerja, diputusin pacar, yang mana bukan pacar kita sendiri. Sulit mencari kebahagian karena terpaksa melakukan ini-itu. Intinya setiap orang punya medan pertempurannya sendiri-sendiri. Aku tahu, aku pun juga sedang tidak baik-baik saja. Beberapa hari ini aku sulit bangkit karena tekanan. 

Tapi kalau kamu bicarakan kekalahan, Pepe ini seorang yang kukenal selalu mengalami kekalahan berturut-turut dalam hidupnya, bercanda. Maksudnya dia orang yang nothing to lose. Pepe ini bukan nama sebenarnya. Tapi aku tidak menyebut nama aslinya disini, ogah. Kalau kamu belum kenal makhluk Wakanda ini, sebaiknya jangan. Deskripsi tentang Pepe: Pria lulusan sarjana lintas kampus.


Kuliah awalnya si di daerah Kampus Kelapa Dua Depok, tapi kok lulusnya di kampus pinggir jalan Lenteng Agung yah? Hehe. Pepe sebenarnya teman lama sejak kuliah semester satu,kira-kira ribuan tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2010.

Kita sama-sama masuk jurusan ilmu politik. Sebuah jurusan masa depan buram untuk perpolitikan Indonesia, maksudnya, apa yang kamu harapkan dari ilmu politik untuk masa depan, bila kita hanya peduli soal politik setiap mau pemilu doang? Aku sih belajar ilmu ini bukan untuk jadi biasa-biasa saja. Menjadi Agen of Ceng-Cengan misalnya?

Sejak dulu meski Pepe  sering saya "ceng-cengin" tapi dia tetap kuat. Entah soal absen kuliah, gaya rambut, jaket rasta gak pernah dicuci atau masih banyak yang lainnya.

Aku ingat pertama kali Pepe ngobrol semena-mena waktu itu.

“Coy pinjem goceng dong buat beli kopi

Meski sampai sekarang aku tidak pernah tagih itu duit, tapi Pepe memberiku banyak inspirasi buat semangat. Asal nyablak yang penting gak selamat. Contohnya saat dia berani nembak seorang cewek saat ada temennya di dalem kosan temanku, Alipkeriting (Orang ini akan aku ceritakan kapan-kapan). Kontan Pepe ditolak mentah-mentah saat itu juga. Gimana gak ditolak, di dalam kosan lagi ada banyak orang.

 Eits jangan salah, Pepe besoknya malah jadi pacaran sama yang menolaknya tadi.

 “Kalau mau bilang suka jangan terlalu berani kayak gitu, gue malu” katanya. Pepe gokil.

Sekali lagi, ada contoh saat Pepe yang berani-berani nya bilang ke cewek yang lewat pada suatu hari di depan kelas belajar, dimana aku lagi bengong.

“eh temen gue menurut lo ganteng gak”. Pepe setan. Itu kenal juga enggak, aku malu banget.

Soal malu sih, kita emang sudah tidak punya kemaluan. Jadi ingat saat kita berdua dengan muka tebel bagi-bagiin selebaran "Selamat-datang-mahasiswa-baru-ayo-gabung-dengan-organisasi-kami". Saya dan Pepe bagiin selebaran di Kampus Universitas Indonesia, meski isi selebaran lebih banyak bercerita tentang kampus kami yang di pinggir jalan lenteng agung.

Waduh misi muke tebel, kita salah bagiin selebaran.

 Atau keberanian yang mesti aku salut dari Pepe? ketika kita sama-sama dihukum dalam suatu acara pendidikan yang diselenggarakan oleh Himpunan Jurusan Kuliah. Acara ini konon milik para Alumni dan Senior yang sekonyong-konyong hobi mengerjai junior. Semisal acara ospek.

Pepe disuruh orasi gaya ala-ala orang demo. Dia malah teriak“ turunkan subsidi pertamax”.

Ha? apa? pertamax gan? Senior-senior pada ketawa laknat. Tapi inilah gaya Pepe.

"Aduh gue harus gimana ye"? cengir Pepe saat memikirkan dendam buat senior keparat itu.

Buseh, Pepe saat dimintai tolong bikin kopi oleh senior, kopi nya dicampur air ludah, air kolam renang dan air ketuban-yang terakhir enggak sih.

Pepe bisa cabut dari ketegangan. Mengubah horor jadi humor.

Kalau kamu pernah baca-baca tulisanku tentang Pepe sebelumnya, kamu pasti tahu Pepe itu ternyata seperti apa orangnya, hehehe.

(Pepe, 22/01/19)

Aku memang butuh sedikit humor. Kalau-kalau hidup itu tidak selalu berbicara tentang kemauanmu, kita jangan berpusing dengan jenuh. Karena kerja pagi pulang pagi? atau cinta yang tak pernah tepat waktu seperti judul tulisan cerpenis terkenal Puthut EA?

Saat ini aku tidak bisa keluar dari kotak. Andai aku memiliki kekuatan super.

Ingin segera aku OTW, meski mau ke kamar mandi dahulu sebelum berangkat menemui Pepe. Sebelum beranjak dari depan Monitor. Pesan Whatsapp ku berbunyi lagi.

(aku sudah silent bunyi tidak senonoh tersebut)

“Jin, monitor, lagi dimana coy”?

Anjir, itu pesan dari si Opan, Dia kok tahu aku lagi di depan monitor. Aku lupa. Dia orangnya seperti Pepe. Sebelas-duabelas lah. Aku harus berangkat ke tempat Pepe atau bagaimana..

Seketika juga aku tahu, bahwa aku benar-benar bisa mengalahkan kesendirian. Dan berkumpul dengan orang-orang seperti ini? 

Hmm.. Aku  berangkat. (bersambung)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar