Minggu, 14 Februari 2016

KISAH JEJAKA GALAU: DUA CINTA DI KEDAI ES KRIM

Disini lah saya berada. Di sebuah rumah kos yang menjadi tempat beristirahat, tak perduli, berantakan, buku ada dimana-mana, tetangga sebelah juga sering berisik. Bersama Alip, Pepe dan Jek, kita yang sering meramaikan kosan. Saya sendiri yang paling muda di rumah kos itu, kalau Pepe jarang muncul di kosan. Karena Pepe sebenarnya tidak tinggal disini. Dia punya kosan sendiri di jalan lenteng agung. Kalau Jek hobi nya tidur-tiduran, kalau kos lagi sepi baru Jek beraktifitas, gak tahu deh dia ngapain aja.

Oleh: Rozi Hariansyah

Biasanya kalau Pepe lagi main kesini, pasti bawa kabar gembira untuk Jek. Yah biasa, kalau bukan soal permainan Get Rich. Ah Get Rich melulu kapan Get Married nya lau berdua? Eh, tapi mereka bukan penyuka sesama jenis maksudnya. Pepe selalu membawa kabar gembira soal – kalo bukan soal cewek, soal apaan lagi. Biasanya Jek langsung bilang “Pak Haji bawa berkat, ayo kita berangkat”, Jek dan Pepe langsung cabut entah kemana.

Kalau Alip jangan ditanya, paling galak coy. Dia yang lebih dulu tinggal di kosan ini. Tapi karena dia berpengalaman berpuluh-puluh tahun tinggal di Planet Namek dan Planet Krypton jadinya dia berkuasa di dunia suku anak dalam atau di kosan ini. Dia aktifis senior coy. Aku jelas menghormatinya untuk mendidik kita-kita yang perilakunya seperti anak kecil kebanyakan nonton kartun.

Sambil melawan bosan, akhirnya Alip berkata,

“Coy masak-masaklah, gue masak nasi yah,  ojin, beli lauk-pauk sana. Jek, cuci piring kotor dulu dibelakang.”

oke, sahut kita berdua minus Pepe.

Aku langsung berangkat ke Warteg terdekat. Jek langsung berangkat ke terminal tapi keburu saya cegat. Lagipula ngapain cuci piring di terminal. Jek memutuskan untuk  berangkat ke kamar mandi saja mencuci piring-piring kotor lagi numpuk bersama gelas-gelas bekas kopi kemarin.

Kami memang sudah terbiasa membagi tugas menjalankan kehidupan kosan. Memang seperti ini untuk hidup bersama,

“Yang ada mari dipakai, yang tidak ada, mari cari sama-sama” , begitu slogan Alip saat menasihati kami semua, saat kami terkadang menjadi pemalas atau bengong sendirian.

Siang ini terasa terik. Matahari memang semakin meninggi. Aku pun berjalan di sebuah gang sekitar daerah Kelapa dua, Depok. Saat Aku  berjalan keluar dari gang, langkahku terhenti sebab jalan menuju Warteg ditutup karena sedang ada acara di salah-satu rumah. Aku mengamati setiap tamu yang datang di acara tersebut. Mataku tertarik  saat melihat ada seorang perempuan muda berkerudung dan berkacamata yang memang sudah cantik luar-dalam.

“Wow”

Aku terpana sejenak melihat perempuan berkerudung dan berkacamata itu membawa satu kardus minuman ringan. Kuat juga yah dia. Hal itu yang membuat aku jadi “Wow” melihat minuman yang dibawa perempuan itu, karena cuaca panas aku jadi haus sih, jadi gak fokus. Aku buru-buru memalingkan pandangan.

Pandanganku lalu tertuju pada  sebuah kedai es krim. Seandainya aku punya  uang lebih, aku ingin beli es krim,  namun uang yang aku punya sekarang hanya untuk patungan beli lauk-pauk.


Suara.com

Aku menjadi galau melihat kedai es krim. Bukan soal ga bisa beli, lagipula Kedai es krim nya sedang tutup. Namun tidak menutup setiap momen aku melewati tempat ini. Dulu, ada seorang perempuan yang membelikan aku es krim tetapi aku menolaknya. Bukan aku tidak suka es krim, tapi  takut untuk tidak dapat membalas kebaikannya atau membalas yang lain, perasaannya mungkin. Tak apalah, terakhir saya stalking sosial media nya, dia sedang suap-suapan es krim dengan seorang pria, mungkin pacarnya. Yang pasti  dia telah bahagia, tidak harus kembali lagi ketempat ini dan beli es krim, apalagi membelikannya untuk ku.

Bukan berarti saya tidak menyukai es krim. Aku berkali-kali mencoba membeli bersama kekasih saya,waktu itu, ingin membelikannya untuk janji. Janji yang belum pernah aku tepati sampai sekarang, karena selalu tutup. Terkadang setiap mengantarnya pulang ke rumah, aku pasti singgah sejenak ke tempat ini. Yah  namun kedai es krim ini selalu tutup, sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian.

Apakah tukang es krim nya lagi naik haji? Ternyata tidak. Sepertinya tempatnya memang sudah pindah. Dan apakah ini sebuah pertanda dari hubungan kita? Waktu itu ada banci yang sedang mengamen gangguin lamunanku. Banci itu bernyanyi dengan lagu Band Armada bercengkok dangdut,

Mau dibawa kemana hubungan kita.aahh……
Ku tak akan terus jalani,
Tanpa ada iketan pasti
Antara kau dan aku….

Aku jawab sekilas,

Maaf bang, lain kali aja

Emangnya eike abang-abang, si yei ngomongne suka asalole” jawab banci itu sambil mencolek wajahku.

Langsung saja aku sambit pakai sandal itu banci. Sial, sandal nya diembat juga sama banci tadi. Banci tersebut berlari sambil tertawa setan melambaikan sandal yang aku sambit tadi. Masalahnya yang aku sambit ternyata sandal punya Jek yang harganya lima puluh ribuan, mana cuma sebelah kiri lagi. Terpaksa aku kehilangan sandal sebelah.

***


Sampai sekarang pun janji membelikan es krim selalu ada untuk, yah dia memang bukan pacarku lagi. Keadaannya sudah berbeda. Barangkali dia bisa menolak. Bayangkan kalau aku membelikannya es krim, terus aku kasih pas dia lagi sama pacarnya. Kali ini aku benar-benar terdiam

Aku  kembali melangkah, takut diomelin oleh si Alip atau Jek karena lama menunggu untuk membeli lauk-pauk. Kedai es krim masih tetap tutup. Ah, biarkan saja, barangkali aku memetik pelajaran bahwa :

“janganlah menolak es krim dari seorang perempuan  dan harus berusaha mencari es krim di tempat lain kalau tahu tempat yang mau kamu kunjungi  sedang tutup “.

Mungkin masih banyak kedai es krim  di tempat lain nun-jauh disana. Tapi sekarang bukan itu lagi yang aku pikirkan, Aku takut diomeli oleh Alip atau Munal. Aku pun pergi berlalu sambil bernyanyi,

Es krim woles…
Beli dong….
Gue capek Ngedorong…*





*lagu tukang es krim yang biasa kita dengar tahun 2000-an, kalok gak salah sih gitu nadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar