Disini lah saya berada. Di sebuah rumah kos yang menjadi
tempat beristirahat, tak perduli, berantakan, buku ada dimana-mana, tetangga
sebelah juga sering berisik. Bersama Alip, Pepe dan Jek, kita yang sering
meramaikan kosan. Saya sendiri yang paling muda di rumah kos itu, kalau Pepe
jarang muncul di kosan. Karena Pepe sebenarnya tidak tinggal disini. Dia punya
kosan sendiri di jalan lenteng agung. Kalau Jek hobi nya tidur-tiduran, kalau
kos lagi sepi baru Jek beraktifitas, gak tahu deh dia ngapain aja.
Oleh: Rozi Hariansyah
Biasanya kalau Pepe lagi main kesini, pasti bawa
kabar gembira untuk Jek. Yah biasa, kalau bukan soal permainan Get Rich. Ah Get
Rich melulu kapan Get Married nya lau berdua? Eh, tapi mereka bukan penyuka sesama
jenis maksudnya. Pepe selalu membawa kabar gembira soal – kalo bukan soal
cewek, soal apaan lagi. Biasanya Jek langsung bilang “Pak Haji bawa berkat, ayo
kita berangkat”, Jek dan Pepe langsung cabut entah kemana.
Kalau Alip jangan ditanya, paling galak coy. Dia
yang lebih dulu tinggal di kosan ini. Tapi karena dia berpengalaman
berpuluh-puluh tahun tinggal di Planet Namek dan Planet Krypton jadinya dia
berkuasa di dunia suku anak dalam atau di kosan ini. Dia aktifis senior coy. Aku
jelas menghormatinya untuk mendidik kita-kita yang perilakunya seperti anak
kecil kebanyakan nonton kartun.
Sambil melawan bosan, akhirnya Alip berkata,
“Coy masak-masaklah,
gue masak nasi yah, ojin, beli lauk-pauk sana. Jek, cuci piring kotor
dulu dibelakang.”
oke, sahut kita berdua minus Pepe.
Aku langsung berangkat ke Warteg terdekat. Jek langsung
berangkat ke terminal tapi keburu saya cegat. Lagipula ngapain cuci piring di
terminal. Jek memutuskan untuk berangkat
ke kamar mandi saja mencuci piring-piring kotor lagi numpuk bersama gelas-gelas
bekas kopi kemarin.
Kami memang sudah terbiasa membagi tugas menjalankan
kehidupan kosan. Memang seperti ini untuk hidup bersama,
“Yang ada
mari dipakai, yang tidak ada, mari cari sama-sama” , begitu
slogan Alip saat menasihati kami semua, saat kami terkadang menjadi pemalas
atau bengong sendirian.
Siang ini terasa terik. Matahari memang semakin meninggi.
Aku pun berjalan di sebuah gang sekitar daerah Kelapa dua, Depok. Saat Aku berjalan keluar dari gang, langkahku terhenti
sebab jalan menuju Warteg ditutup karena sedang ada acara di salah-satu rumah. Aku
mengamati setiap tamu yang datang di acara tersebut. Mataku tertarik saat melihat ada seorang perempuan muda
berkerudung dan berkacamata yang memang sudah cantik luar-dalam.
“Wow”
Aku terpana sejenak melihat perempuan berkerudung dan
berkacamata itu membawa satu kardus minuman ringan. Kuat juga yah dia. Hal itu
yang membuat aku jadi “Wow” melihat minuman yang dibawa perempuan itu, karena
cuaca panas aku jadi haus sih, jadi gak fokus. Aku buru-buru memalingkan
pandangan.
Pandanganku lalu tertuju pada sebuah kedai es krim. Seandainya aku punya uang lebih, aku ingin beli es krim, namun uang yang aku punya sekarang hanya untuk
patungan beli lauk-pauk.
Suara.com
Aku menjadi galau melihat kedai es krim. Bukan soal
ga bisa beli, lagipula Kedai es krim nya sedang tutup. Namun tidak menutup setiap
momen aku melewati tempat ini. Dulu, ada seorang perempuan yang membelikan aku
es krim tetapi aku menolaknya. Bukan aku tidak suka es krim, tapi takut untuk tidak dapat membalas kebaikannya
atau membalas yang lain, perasaannya mungkin. Tak apalah, terakhir saya
stalking sosial media nya, dia sedang suap-suapan es krim dengan seorang pria,
mungkin pacarnya. Yang pasti dia telah
bahagia, tidak harus kembali lagi ketempat ini dan beli es krim, apalagi
membelikannya untuk ku.
Bukan berarti saya tidak menyukai es krim. Aku berkali-kali
mencoba membeli bersama kekasih saya,waktu itu, ingin membelikannya untuk janji.
Janji yang belum pernah aku tepati sampai sekarang, karena selalu tutup. Terkadang
setiap mengantarnya pulang ke rumah, aku pasti singgah sejenak ke tempat ini.
Yah namun kedai es krim ini selalu
tutup, sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian.
Apakah tukang es krim nya lagi naik haji? Ternyata tidak.
Sepertinya tempatnya memang sudah pindah. Dan apakah ini sebuah pertanda dari hubungan kita? Waktu itu ada banci yang
sedang mengamen gangguin lamunanku. Banci itu bernyanyi dengan lagu Band Armada
bercengkok dangdut,
Mau dibawa
kemana hubungan kita.aahh……
Ku tak akan
terus jalani,
Tanpa ada
iketan pasti
Antara kau
dan aku….
Aku jawab sekilas,
“Maaf bang,
lain kali aja”
“Emangnya eike
abang-abang, si yei ngomongne suka asalole” jawab banci itu sambil mencolek
wajahku.
Langsung saja aku sambit pakai sandal itu banci.
Sial, sandal nya diembat juga sama banci tadi. Banci tersebut berlari sambil
tertawa setan melambaikan sandal yang aku sambit tadi. Masalahnya yang aku
sambit ternyata sandal punya Jek yang harganya lima puluh ribuan, mana cuma sebelah
kiri lagi. Terpaksa aku kehilangan sandal sebelah.
***
Sampai sekarang pun janji membelikan es krim selalu
ada untuk, yah dia memang bukan pacarku lagi. Keadaannya sudah berbeda. Barangkali
dia bisa menolak. Bayangkan kalau aku membelikannya es krim, terus aku kasih
pas dia lagi sama pacarnya. Kali ini aku benar-benar terdiam
Aku kembali
melangkah, takut diomelin oleh si Alip atau Jek karena lama menunggu untuk
membeli lauk-pauk. Kedai es krim masih tetap tutup. Ah, biarkan saja,
barangkali aku memetik pelajaran bahwa :
“janganlah
menolak es krim dari seorang perempuan
dan harus berusaha mencari es krim di tempat lain kalau tahu tempat yang
mau kamu kunjungi sedang tutup “.
Mungkin masih banyak kedai es krim di tempat lain nun-jauh disana. Tapi sekarang
bukan itu lagi yang aku pikirkan, Aku takut diomeli oleh Alip atau Munal. Aku
pun pergi berlalu sambil bernyanyi,
Es krim
woles…
Beli dong….
Gue capek
Ngedorong…*
*lagu tukang es krim yang biasa kita dengar tahun
2000-an, kalok gak salah sih gitu nadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar