Mahasiswa jaman dahulu
lebih berkualitas dibanding mahasiswa jaman sekarang. Jaman dahulu mahasiswa
sibuk berusaha menurunkan rezim yang dianggap tidak pro-rakyat. Kalau sekarang?
Jangankan meluluhkan sebuah rezim, Meluluhkan hati gebetan aja rasanya ngos-ngosan.
Setelah orde baru tumbang, kebebasan ada dimana-mana. Tetapi kualitas mahasiswa malah menurun. Lihat saja jumlah mahasiswa jomblo ngenes semakin banyak. Apa buktinya? Tengok gerakan mahasiswa kekinian. Selain jumlahnya semakin sedikit, kalau kita mau ngecek lorong kampus masing-masing, pasti mereka lagi asyik nyepikin mahasiswi yang sedang lewat di lorong kampus.
Setelah orde baru tumbang, kebebasan ada dimana-mana. Tetapi kualitas mahasiswa malah menurun. Lihat saja jumlah mahasiswa jomblo ngenes semakin banyak. Apa buktinya? Tengok gerakan mahasiswa kekinian. Selain jumlahnya semakin sedikit, kalau kita mau ngecek lorong kampus masing-masing, pasti mereka lagi asyik nyepikin mahasiswi yang sedang lewat di lorong kampus.
Mahasiswa jomblo
sekarang juga lebih sering haha-hihi-nya untuk nunjukin eksis depan gebetan.
Yang gak kalah menyedihkan, hanya menyendiri di pojok kantin atau perpustakaan
meratapi mantan dari kejauhan. Sisanya kuliah langsung pulang, buru-buru
ngerjain tugas kuliah sambil stalking sosial media punya mantan.
(Diskusi Forum Mahasiswa IISIP Jakarta, 2011)
Oleh; Rozi H.
Memang, menjadi
strategi kampus supaya mahasiswa hanya fokus urusan yang
sifatnya akademis. Lulus cepat dan hanya “me-reproduksi mahasiswa jomblo tidak
revolusioners” tanpa cerita apa-apa dari kampus. Bila tidak mengubah hidup
secepatnya, niscaya masa kuliah menjadi suram, nestapa, dan berakhir galau
dengan ngopi sendirian.
Oleh sebab itu, hal ini
menjadi alasan kehidupan mahasiswa harus diubah dari dalam kampus. Setidaknya ada
4 hal bagi mahasiswa jomblo untuk tetap berkualitas pada jaman pasca-reformasi
ini, yaitu:
GAUL
Enggak punya pacar di dalam kampus? Ya Tuhan, kesian bingits. Apalagi kalau kampusnya gak luas-luas amat tempat nongkrongnya. Lagi nongkrong sendiri tiba-tiba ngeliat teman lagi berduaan sama pacarnya, terus diejek lagi “kok sendirian aja?” lalu apa yang kamu rasa? Semoga tidak garuk-garuk tanah.
Bergaul tanpa
membeda-beda kan adalah perbuatan yang baik. Apalagi sebagai mahasiswa
jomblo. Bergaul dengan mahasiswi, maunya ama mahasiswi yang baik, yang pintar, yang lucu dan masih banyak lagi
mau-mau nya (maaf, berlaku juga untuk sebaliknya).
Bergaul memudahkan kita
memetakan mahasiswa-mahasiswa yang sedang jomblo atau tidak. Dengan begitu
lebih memudahkan kita ngobrol dengan si “dia”. Ingat! awalnya 68% jadian itu
berasal dari ngobrol berduaan. Yang 32% mungkin aja cuma dikasih harapan, PHP.
Buat yang pernah punya pacar, coba bergaul
kembali dengan mantan. Memang tak mudah. Tetapi harus kita ketahui terkadang
barisan para mantan memiliki jejaring perkawanan yang menyamai gerakan bawah
tanah aktifis reformasi dahulu. Bisa saja kita jadi bahan omongan di banyak
tongkrongan. Makanya kepada mantan juga harus berbaikan. Kalau tidak sengaja bertemu,
jangan pura-pura tidak kenal yah.
BIKIN RAMAI KOMUNITAS
Apa senjata pemusnah
massal paling ditakuti oleh kaum jomblo se-dunia? Tentu saja jawabannya adalah
KESEPIAN. Sebenarnya hal ini bisa di atasi di jaman sekarang yang mahasiswa nya
sudah gak takut lagi mengekspresikan kebebasan.
Sebagai contoh, tidak sulit menemukan orang
memakai baju dengan sketsa kamerad Che Guevara, Tan Malaka atau bahkan Karl
Marx. Yah meskipun beberapa ada yang nyablon muka sendiri. Baca buku apa saja
juga bebas. Gak ada lagi yang mengawasi dari atas pohon ataupun lubang
ventilasi kos-kosan. Gak ada lagi orang berambut cepak yang mengawasi kamu,
takut kamu mengorganisir gerakan jomblo bersatu tak bisa dikalahkan.
Maka setelah merasa
gaul, segera lah buat perkumpulan atau komunitas mahasiswa yang senang membuat
kegiatan rutin. Komunitas –komunitas di dalam kampus mulai banyak yang
bertebaran sana dan sini. Kalau suka mengekspresikan puisi dan lagu untuk
gebetan, mungkin saja komunitas seni adalah pilihan yang oke. Komunitas
pencinta alam juga alternatif buat mahasiswa jomblo untuk sesekali merenung,
Betapa alam mengajarkan, kamu tidak sendirian saat sepi menerjang.
Kalau tidak ada
komunitas yang sesuai dengan DNA jomblo kita, mari buat komunitas baru. Misal,
belum ada terbitan kreatif sekedar perang tulisan sesama jomblo, silahkan
dibangun komunitas tersebut.
Banyak juga loh
mahasiswa jomblo yang memanfaatkan komunitasnya sebagai dalih berkenalan dengan
dedek-dedek cemingiw nan prikitiw di
awal semester baru. Bisa jadi suatu saat kita yang berhasil mengajak
dedek-dedek wikwiw itu bergabung, eh gak tahunya, dia malah pacaran ama kawan
sendiri. Yang kayak gini ujung-ujung nya
TTN- temen tapi nikung.
SENANG DISKUSI
Wiji Thukul pernah
berkata, “Apa gunanya banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu.” Inilah kelemahan banyak mahasiswa jomblo yang
kesulitan saat mengutarakan isi hati. Bagaimana nanti bisa jadian? Atau bahkan
balikan ke (mantan)? kalau tidak pernah mendiskusikan permasalahan yang selalu
terjadi di dalam kampus.
Seorang kawan saya
pernah berujar, meski sama-sama jomblo, tapi menurutnya “diskusi itu ga bikin
kece.” Siapa bilang? tengok orang suka ngomong berbusa-busa di dalam
kelas-kelas kuliah. Di luar kelas, kemungkinan besar orang itu aktif
berdiskusi.
Banyak kampus-kampus
yang menerapkan pembelajaran di kelas dengan diskusi kelompok. Apalah namanya
itu, diskusi-diskusi informal di luar kelas pastinya sangat membantu bagi
mahasiswa jomblo saat presentasi makalah di kelas. Gebetan dijamin tidak akan
kedip sedikitpun kalau kamu sampai orasi nantinya.
Tanpa adanya
diskusi-diskusi informal antar mahasiswa, niscaya komite-komite aksi lintas
kampus dan lintas sektor tidak akan terbentuk pada proses membangun persatuan
melawan rezim orde baru. Gak ada lagi alasan bagi mahasiswa jomblo untuk malu
berbicara di depan orang banyak. Apa kata mantan?
BANYAKIN DEMO
Nah, setelah sudah
gaul, punya komunitas, dan senang diskusi, namun rasanya ada yang kurang bila
belum mencoba “Demo”. Ada adagium yang muncul, mahasiswa jaman dahulu kalau gak
demo gak keren. Sekarang mahasiswa lagi demo dibilang kampungan, norak. Apalagi
mahasiswa yang hobi demo itu juga
jomblo. Tapi sekarang kita bisa membuktikan bahwa mahasiswa jomblo yang hobi
demo itu ga se-hina yang mereka maksud.
Baru-baru ini, demo
mahasiswa kembali rame. Apa sebabnya? Meskipun karakter demo nya masih belum
move-on, baca: jomblo sektoral. Berapi-api menebar ancaman akan menggulingkan
rezim, eh ternyata malah rame-rame foto bareng Presiden J. Meskipun ga semua demo mahasiswa
berakhir selingkuh seperti itu, masih banyak juga demo kok yang tulus untuk
berteriak atas nama rakyat. Beberapa juga atas nama rakyat, alih-lih bareng
demo-nya, jadi jangan heran ada beberapa
demo mahasiswa malah (di) bentrokin dengan warga setempat.
Demo bagi mahasiswa
jomblo memiliki makna yang semakin luas. Sebagai contoh: demo masak ala Farah
Quin- koki cantik sejuta impian dan khayalan jomblo ngenes, juga bisa dibilang
demo. Bikin meme kreatif, bisa juga dibilang bentuk demo “kekinian”. Bayangkan,
muka seorang pebasket kenamaan-Yao ming, pun nyinyir melawan dominasi gaya
bahasa santun yang diciptakan penguasa.
Stalking facebook pacar
orang saja kamu berani, mengapa mengumpulkan energi yang sama untuk sekedar
demo kamu ga berani? Maka dengan demo, mahasiswa jomblo akan semakin kuat. Dijamin
kebijakan-kebijakan kampus yang gak pro mahasiswa jomblo, bisa dihadapi dengan
mudah.
4 hal ini diyakini akan
mengubah gaya hidup mahasiswa jomblo pasca- reformasi sudah berjalan belasan
tahun.. Perjuangan mereka yang sudah merelakan masa mudanya demi tata kehidupan
sosial-masyarakat yang lebih adil, harus dikembangkan dengan kualitas yang
baru, yah meskipun kita tetap jomblo.
Gak perlu lah kita
ambil contoh orang-orang yng dahulu mendaku pejuang, nyata nya malah berpelukan
dengan musuh rakyat. Sama seperti usaha mahasiswa jomblo berkali-kali demo melawan
kesepian bareng kawan. Eh, Si kawan keburu memilih jadian.
*Tulisan ini pernah dimuat situs jombloo.co, disebarluas untuk mengurangi rasa galau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar