Senin, 13 Juli 2015

4 HAL MEMBUAT MAHASISWA JOMBLO BERKUALITAS

Mahasiswa jaman dahulu lebih berkualitas dibanding mahasiswa jaman sekarang. Jaman dahulu mahasiswa sibuk berusaha menurunkan rezim yang dianggap tidak pro-rakyat. Kalau sekarang? Jangankan meluluhkan sebuah rezim, Meluluhkan hati gebetan aja rasanya ngos-ngosan.

Setelah orde baru tumbang, kebebasan ada dimana-mana. Tetapi kualitas mahasiswa malah menurun. Lihat saja jumlah mahasiswa jomblo ngenes semakin banyak. Apa buktinya? Tengok gerakan mahasiswa kekinian. Selain jumlahnya semakin sedikit, kalau kita mau ngecek lorong kampus masing-masing, pasti mereka lagi asyik nyepikin mahasiswi yang sedang lewat di lorong kampus.
Mahasiswa jomblo sekarang juga lebih sering haha-hihi-nya untuk nunjukin eksis depan gebetan. Yang gak kalah menyedihkan, hanya menyendiri di pojok kantin atau perpustakaan meratapi mantan dari kejauhan. Sisanya kuliah langsung pulang, buru-buru ngerjain tugas kuliah sambil stalking sosial media punya mantan.


(Diskusi Forum Mahasiswa IISIP Jakarta, 2011)

Oleh; Rozi H.

Memang, menjadi strategi kampus supaya mahasiswa hanya fokus urusan yang sifatnya akademis. Lulus cepat dan hanya “me-reproduksi mahasiswa jomblo tidak revolusioners” tanpa cerita apa-apa dari kampus. Bila tidak mengubah hidup secepatnya, niscaya masa kuliah menjadi suram, nestapa, dan berakhir galau dengan ngopi sendirian.

Oleh sebab itu, hal ini menjadi alasan kehidupan mahasiswa harus diubah dari dalam kampus. Setidaknya ada 4 hal bagi mahasiswa jomblo untuk tetap berkualitas pada jaman pasca-reformasi ini, yaitu:

GAUL

Enggak punya pacar di dalam kampus? Ya Tuhan, kesian bingits. Apalagi kalau kampusnya gak luas-luas amat tempat nongkrongnya. Lagi nongkrong sendiri tiba-tiba ngeliat teman lagi berduaan sama pacarnya, terus diejek lagi “kok sendirian aja?” lalu apa yang kamu rasa? Semoga tidak garuk-garuk tanah.

Bergaul tanpa membeda-beda kan adalah perbuatan yang baik. Apalagi  sebagai mahasiswa jomblo. Bergaul dengan mahasiswi, maunya ama mahasiswi yang baik,  yang pintar, yang lucu dan masih banyak lagi mau-mau nya (maaf, berlaku juga untuk sebaliknya).

Bergaul memudahkan kita memetakan mahasiswa-mahasiswa yang sedang jomblo atau tidak. Dengan begitu lebih memudahkan kita ngobrol dengan si “dia”. Ingat! awalnya 68% jadian itu berasal dari ngobrol berduaan. Yang 32% mungkin aja cuma dikasih harapan, PHP.

Buat yang pernah punya pacar, coba bergaul kembali dengan mantan. Memang tak mudah. Tetapi harus kita ketahui terkadang barisan para mantan memiliki jejaring perkawanan yang menyamai gerakan bawah tanah aktifis reformasi dahulu. Bisa saja kita jadi bahan omongan di banyak tongkrongan. Makanya kepada mantan juga harus berbaikan. Kalau tidak sengaja bertemu, jangan pura-pura tidak kenal yah.

 BIKIN RAMAI KOMUNITAS

Apa senjata pemusnah massal paling ditakuti oleh kaum jomblo se-dunia? Tentu saja jawabannya adalah KESEPIAN. Sebenarnya hal ini bisa di atasi di jaman sekarang yang mahasiswa nya sudah gak takut lagi mengekspresikan kebebasan.

Sebagai contoh, tidak sulit menemukan orang memakai baju dengan sketsa kamerad Che Guevara, Tan Malaka atau bahkan Karl Marx. Yah meskipun beberapa ada yang nyablon muka sendiri. Baca buku apa saja juga bebas. Gak ada lagi yang mengawasi dari atas pohon ataupun lubang ventilasi kos-kosan. Gak ada lagi orang berambut cepak yang mengawasi kamu, takut kamu mengorganisir gerakan jomblo bersatu tak bisa dikalahkan.

Maka setelah merasa gaul, segera lah buat perkumpulan atau komunitas mahasiswa yang senang membuat kegiatan rutin. Komunitas –komunitas di dalam kampus mulai banyak yang bertebaran sana dan sini. Kalau suka mengekspresikan puisi dan lagu untuk gebetan, mungkin saja komunitas seni adalah pilihan yang oke. Komunitas pencinta alam juga alternatif buat mahasiswa jomblo untuk sesekali merenung, Betapa alam mengajarkan, kamu tidak sendirian saat sepi menerjang.

Kalau tidak ada komunitas yang sesuai dengan DNA jomblo kita, mari buat komunitas baru. Misal, belum ada terbitan kreatif sekedar perang tulisan sesama jomblo, silahkan dibangun komunitas tersebut.

Banyak juga loh mahasiswa jomblo yang memanfaatkan komunitasnya sebagai dalih berkenalan dengan dedek-dedek cemingiw  nan prikitiw di awal semester baru. Bisa jadi suatu saat kita yang berhasil mengajak dedek-dedek wikwiw itu bergabung, eh gak tahunya, dia malah pacaran ama kawan sendiri. Yang kayak gini  ujung-ujung nya TTN- temen tapi nikung.

SENANG DISKUSI

Wiji Thukul pernah berkata, “Apa gunanya banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu.”  Inilah kelemahan banyak mahasiswa jomblo yang kesulitan saat mengutarakan isi hati. Bagaimana nanti bisa jadian? Atau bahkan balikan ke (mantan)? kalau tidak pernah mendiskusikan permasalahan yang selalu terjadi di dalam kampus.

Seorang kawan saya pernah berujar, meski sama-sama jomblo, tapi menurutnya “diskusi itu ga bikin kece.” Siapa bilang? tengok orang suka ngomong berbusa-busa di dalam kelas-kelas kuliah. Di luar kelas, kemungkinan besar orang itu aktif berdiskusi.

Banyak kampus-kampus yang menerapkan pembelajaran di kelas dengan diskusi kelompok. Apalah namanya itu, diskusi-diskusi informal di luar kelas pastinya sangat membantu bagi mahasiswa jomblo saat presentasi makalah di kelas. Gebetan dijamin tidak akan kedip sedikitpun kalau kamu sampai orasi nantinya.

Tanpa adanya diskusi-diskusi informal antar mahasiswa, niscaya komite-komite aksi lintas kampus dan lintas sektor tidak akan terbentuk pada proses membangun persatuan melawan rezim orde baru. Gak ada lagi alasan bagi mahasiswa jomblo untuk malu berbicara di depan orang banyak. Apa kata mantan?

 BANYAKIN DEMO

Nah, setelah sudah gaul, punya komunitas, dan senang diskusi, namun rasanya ada yang kurang bila belum mencoba “Demo”. Ada adagium yang muncul, mahasiswa jaman dahulu kalau gak demo gak keren. Sekarang mahasiswa lagi demo dibilang kampungan, norak. Apalagi  mahasiswa yang hobi demo itu juga jomblo. Tapi sekarang kita bisa membuktikan bahwa mahasiswa jomblo yang hobi demo itu ga se-hina yang mereka maksud.

Baru-baru ini, demo mahasiswa kembali rame. Apa sebabnya? Meskipun karakter demo nya masih belum move-on, baca: jomblo sektoral. Berapi-api menebar ancaman akan menggulingkan rezim, eh ternyata malah rame-rame foto bareng Presiden J. Meskipun ga semua demo mahasiswa berakhir selingkuh seperti itu, masih banyak juga demo kok yang tulus untuk berteriak atas nama rakyat. Beberapa juga atas nama rakyat, alih-lih bareng demo-nya, jadi jangan heran ada beberapa  demo mahasiswa malah (di) bentrokin dengan warga setempat.

Demo bagi mahasiswa jomblo memiliki makna yang semakin luas. Sebagai contoh: demo masak ala Farah Quin- koki cantik sejuta impian dan khayalan jomblo ngenes, juga bisa dibilang demo. Bikin meme kreatif, bisa juga dibilang bentuk demo “kekinian”. Bayangkan, muka seorang pebasket kenamaan-Yao ming, pun nyinyir melawan dominasi gaya bahasa santun yang diciptakan penguasa.
Stalking facebook pacar orang saja kamu berani, mengapa mengumpulkan energi yang sama untuk sekedar demo kamu ga berani? Maka dengan demo, mahasiswa jomblo akan semakin kuat. Dijamin kebijakan-kebijakan kampus yang gak pro mahasiswa jomblo, bisa dihadapi dengan mudah.

4 hal ini diyakini akan mengubah gaya hidup mahasiswa jomblo pasca- reformasi sudah berjalan belasan tahun.. Perjuangan mereka yang sudah merelakan masa mudanya demi tata kehidupan sosial-masyarakat yang lebih adil, harus dikembangkan dengan kualitas yang baru, yah meskipun kita tetap jomblo.

Gak perlu lah kita ambil contoh orang-orang yng dahulu mendaku pejuang, nyata nya malah berpelukan dengan musuh rakyat. Sama seperti usaha mahasiswa jomblo berkali-kali demo melawan kesepian bareng kawan. Eh, Si kawan keburu memilih  jadian.


*Tulisan ini pernah dimuat situs jombloo.co, disebarluas untuk mengurangi rasa galau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar